Home » » AISHITERU HINATA chap 8

AISHITERU HINATA chap 8

AISHITERU HINATA

Disclaimer : NARUTO milik Masashi Kishimoto
Author : Marvelous-chan
Genre : Romance & Hurt/Comfort

Pair : Naruto Hinata

Summary : Perang Dunia Ninja telah berakhir, setelah
kembali ke desa Konoha, Naruto akan segera diangkat
jadi Hokage dan kini telah bertunangan dengan Sakura.
Tapi suatu kejadian mengubah segalanya, karena sebuah
ramuan Naruto menjadi tergila-gila pada Hinata.
Bagaimanakah Hinata mengatasinya?


Chapter 8 – The Sixth Hokage: Uzumaki Naruto.


Matahari kembali menyinari pagi ini. Hari ini begitu
cerah dan indah tapi sangat berlawanan dengan keadaan
Hinata sekarang ini. Dia masih saja terus bersedih dan
tak semangat karena terus memikirkan nasib cintanya
bersama Naruto. Ya, Hinata masih terus memikirkan
mengapa Naruto bisa begitu tega meninggalkan dirinya
yang sangat mencintai lelaki pirang tersebut. Padahal
mereka berdua sudah saling mencintai tapi ada lagi
halangan yang menerpa hubungan cinta mereka berdua.
Hinata terus menatap lurus dinding di depannya dengan
pandangan kosong. Hanabi yang melihat kakaknya yang
murung tersebut menjadi kasihan.
"Aku harus mencoba menghibur Hinata-nee-chan...",
gumam Hanabi.
Hanabi kemudian keluar rumah dan menuju ke rumah
Sasuke.
Akhirnya Hanabi sampai di rumah Sasuke dan dia segera
mengetuk pintu rumah Sasuke. Beberapa menit
kemudian Sasuke membukanya.
"Ohayo, Sasuke-nii, maaf menganggu pagi-pagi begini",
ujar Hanabi.
"Lho Hanabi-chan? Ada perlu apa ya?", tanya Sasuke.
"Ng..itu..bo-bolehkah aku berbicara dengan Sasuke-nii
sebentar?", tanya Hanabi.
"Baiklah, ayo masuk dulu", ujar Sasuke.
"Arigatou Sasuke-nii", ujar Hanabi lalu mereka
memasuki rumah Sasuke.
Sasuke mempersilahkan Hanabi duduk di sofa ruang
tamunya. Lalu Sasuke ikut duduk di depan Hanabi.
"Jadi apa yang ingin Hana-chan bicarakan?", tanya
Sasuke.
"Ng begini, ini soal Hinata-nee, dia sepertinya hari demi
hari semakin buruk saja keadaannya. Dia masih saja
memikirkan Naruto-nii-chan. Aku jadi kasihan
melihatnya. Aku ingin mencoba menghiburnya. Bolehkah
Sasuke-nii membantuku untuk menghibur nee-chan?",
tanya Hanabi.
"Begitu ya. Baiklah aku akan membantu. Karena aku juga
tak tahan melihat Hina-chan bersedih terus seperti itu",
ujar Sasuke.
"Arigatou, Sasuke-nii!", ujar Hanabi.
"Hn, aku juga akan memanggil Sakura-chan dan yang
lainnya untuk ikut membantu", ujar Sasuke.
Setelah itu Sasuke mengumpulkan teman-teman
seangkatannya. Mereka berkumpul di taman Konoha
untuk rencana membuat Hinata tak bersedih lagi. Mereka
berdiskusi dan akhirnya berhasil menyusun planning
yang bagus.
"Jadi, kita akan membuat pesta di Yakiniku Q malam ini.
Kita akan berusaha untuk membuat Hinata jadi gembira
lagi. Kumohon teman-teman sekalian bisa membantu
agar pesta ini dapat terlaksana dengan lancar", ujar
Sasuke.
"Yosh, serahkan pada kami! Kami semua akan membuat
Hinata tersenyum lagi!", ujar Kiba semangat.
"Teman-teman kita buat Hinata ceria lagi ya. Kita harus
bekerja sama dengan baik!", ujar Sakura.
"Ok, kita harus bersenang-senang bersama Hinata
malam ini!", ujar Ino.
"YA, SEMANGAT MASA MUDA HARUS SELALU MEMBARA
DI DALAM DIRI KITA! AYO BUAT HINATA BERGEMBIRA!",
ujar Rock Lee semangat dengan mata berapi-api (?)
"Arigatou, kakak-kakak semua, aku sangat berhutang
budi pada kalian semua!", ujar Hanabi sambil
membungkuk.
"Tak usah berterima kasih begitu Hana-chan. Kita kan
teman Hinata jadi sudah sewajarnya kita membantu
Hinata", ujar Sakura.
Hanabi tersenyum pada mereka semua.
Akhirnya malam pun tiba. Sasuke dan Sakura
mendatangi rumah Hinata untuk menjemputnya.
Sebelumnya Hinata sudah diberitahu tentang pesta itu.
Dan Hinata setuju untuk ikut dalam pesta itu. Hinata
kini sudah siap dan menatap dirinya di kaca. Tapi
matanya terlihat sembab dan raut wajahnya masih
terlihat murung. Tak lama kemudian Sasuke dan Sakura
menghampiri Hinata di kamarnya.
"Hina-chan kau sudah siap? Ayo kita berangkat!", ujar
Sasuke.
"Umm..", gumam Hinata sambil mengangguk lemah.
"Kenapa wajahmu terlihat murung begitu? Nanti
kecantikannya berkurang lho. Ayo tersenyumlah jangan
murung terus. Malam ini kita kan akan bersenang-
senang", ujar Sasuke sambil merangkul pundak Hinata.
Hinata Cuma tersenyum lemah mendengar perkataan
Sasuke. Tapi matanya masih terlihat sayu.
Mereka bertiga kemudian menuju ruang tamu untuk
berpamitan pada Hiashi yang sedang duduk di sofa.
"Hiashi-sama, kami berangkat dulu. Aku janji akan
mengantar Hinata pulang tepat waktu", ujar Sasuke.
"Hn", gumam Hiashi.
"Otou-san, kami pergi dulu", ujar Hinata.
"Hati-hati di jalan", ujar Hiashi datar.
Mereka bertiga kemudian keluar dari rumah Hinata dan
segera berjalan menuju Yakiniku Q. Hanabi tak ikut
karena ada urusan penting yang harus dikerjakannya.
Setelah berjalan sambil berbincang-bincang akhirnya
mereka sampai di Yakiniku Q. Kedatangan mereka
langsung disambut oleh teman-teman seangkatan
mereka yang sudah datang duluan.
"Selamat malam Hinata!", ujar mereka serempak.
"Selamat malam semuanya..", ujar Hinata.
"Ayo Hinata masuk, kita bersenang-senang", ujar Ino
lalu menuntun Hinata masuk ke dalam dan menuju meja
makan.
Mereka kemudian makan-makan dan bergembira
bersama-sama. Kiba, Lee dan Chouji menceritakan
lelucon-lelucon dan bertingkah konyol hingga yang lain
tertawa terbahak-bahak. Hinata juga mulai terbawa
suasana dan menjadi sedikit gembira karena pesta ini.
Dia bisa melupakan kesedihannya sesaat karena teman-
temannya yang begitu perhatian padanya.
Tapi tiba-tiba ada dua orang masuk ke dalam Yakiniku
Q. Semua orang kaget melihat kedatangan mereka
berdua terutama Hinata yang langsung membelalakan
matanya. Ternyata yang baru masuk adalah Naruto dan
Shion. Shion memeluk lengan Naruto dengan mesra.
"Wah-wah Naruto-kun sepertinya teman-temanmu
sedang bersenang-senang disini. Ayo kita gabung saja
ya, toh teman-temanmu pasti tak keberatan.", ujar Shion
lalu mendekati para kawanan shinobi Konoha itu.
"Hei Shion sebaiknya kita makan di tempat lain saja",
ujar Naruto.
"Ah jangan malu-malu begitu. Kita gabung saja disini.
Selamat malam semuanya! Bolehkah kami bergabung
disini? Kalian teman-teman Naruto bukan?", tanya Shion.
Mereka Cuma terdiam melihat Naruto dan Shion kini
telah duduk di meja yang dekat dengan mereka. Namun
Sasuke dan Kiba memandang Naruto dengan tatapan
membunuh. Sementara Hinata memandang mereka
dengan tatapan sedih dan matanya mulai berkaca-kaca.
"Aku harus mengusir mereka!", gumam Sasuke dan mulai
berdiri.
"Jangan Sasuke-nii, tak apa kok. Kita lanjutkan saja
pesta kita", ujar Hinata sambil menahan tangan Sasuke.
"Ta-tapi Hina-chan...", ujar Sasuke.
"Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja. Jangan khawatirkan
aku..", ujar Hinata.
Sasuke memandang Hinata nanar.
Mereka melanjutkan pesta mereka bersama Naruto dan
Shion. Namun Shion tampaknya lebih manja pada
Naruto.
"Naruto-kun aku suapi ya? Buka mulutnya aaa...", ujar
Shion sambil menyodorkan makanan dengan sumpit ke
mulut Naruto. Naruto pun terpaksa menelannya. Namun
pandangan Naruto terus fokus pada Hinata yang daritadi
menunduk. Setelah itu Shion terus menggoda dan
bermanja-manja pada Naruto. Kiba melihat Hinata yang
sudah berkaca-kaca dan akan menangis. Kiba tiba-tiba
berdiri.
"Sial aku tak tahan lagi!", teriak Kiba lalu menghampiri
Naruto.
BUAKH...
Kiba memukul pipi Naruto sehingga Naruto terpental di
dinding. Namun Kiba belum puas, dia menghampiri
Naruto lagi dan menendang perut Naruto berkali-kali.
"Sampai kapan kau akan menyakiti Hinata hah?! KAU
BENAR-BENAR PRIA BRENGSEK NARUTO!", teriak Kiba
geram.
Kiba terus memukul Naruto sampai Naruto lebam-lebam
dan mengeluarkan banyak darah dari mulutnya.
"Sudah hentikan Kiba!", ujar Sasuke lalu menahan Kiba.
"Kenapa kau menghalangiku Sasuke!? Biarkan aku
menghabisi pria sialan ini! Kerjanya Cuma
mempermainkan wanita saja!", ujar Kiba geram.
"Sudah cukup, kau sudah membuat keributan di tempat
ini!", ujar Sasuke.
Kiba akhirnya berhenti memukuli Naruto dan kembali ke
mejanya. Semua orang masih kaget dengan perbuatan
Kiba. Sementara Hinata sudah menangis terisak-isak
dan sementara dihibur Sakura dan Ino.
Shion kemudian menghampiri Naruto.
"Naruto kau tak apa-apa?", tanya Shion cemas sambil
memegang pipi Naruto yang lebam.
"Aku tak apa-apa Cuma luka kecil saja", ujar Naruto
sambil meringis.
"Hei kau kenapa kau tiba-tiba memukul Naruto!?", tanya
Shion pada Kiba.
"Itu yang sepantasnya didapatkan oleh pria brengsek
seperti dia!", ujar Kiba geram.
"Kau!", ujar Shion geram sambil menatap tajam Kiba.
"Sudah-sudah, sebaiknya kau pulang Shion. Aku akan
bicara sebentar dengan Naruto", ujar Sasuke.
"Naruto-kun tak apa-apa aku pulang duluan?", tanya
Shion.
"Tak apa-apa, kau pulanglah. Sepertinya ada hal penting
yang ingin dibicarakan Sasuke", ujar Naruto.
"Baiklah, aku pergi dulu", ujar Shion lalu beranjak dari
situ lalu diikuti Sasuke dan Naruto.
"Ayo Naruto, ikut aku", ujar Sasuke.
Sasuke dan Naruto kemudian berjalan dan menaiki
sebuah atap rumah yang cukup tinggi. Sasuke kemudian
berhenti diikuti Naruto.
"Jadi, apa yang ingin kau bicarkan denganku?", tanya
Naruto.
BUAKKH...
Naruto terpental dan tersungkur di lantai. Sasuke
memukul perut Naruto dengan keras hingga mulut
Naruto mengeluarkan darah. Sasuke berlari dan segera
menduduki Naruto dan memukul wajah Naruto bertubi-
tubi.
"Kenapa kau datang tadi hah?!"
BUAKH
"Apa belum puas menyakiti Hinata?!
BUAKH
"Apa kau tak tahu begitu tersiksa dirinya karena kau
meninggalkannya!?"
BUAKH
"DASAR ORANG TAK TAHU DIRI!"
BUAKH
"PRIA BRENGSEK MACAM KAU LEBIH BAIK MATI SAJA!"
BUAKH
"DASAR SAMPAH TAK BERGUNA!"
BUAKH
"BRENGSEK! BRENGSEK! BRENGSEK!
BUAKH
"MATI SAJA KAU!"
BUAKH
Sasuke mulai kelelahan memukuli Naruto. Dia akhirnya
menghentikan pukulannya.
"Sasuke, jika kau di posisiku kau pasti bingung juga
kan? Di sisi lain aku mencintai Hinata dan tak sanggup
meninggalkannya tapi di sisi lain aku juga harus
melindungi desa. Tentu saja sebagai calon hokage aku
harus memilih kepentingan desa lebih dari segalanya..",
ujar Naruto lirih.
"Jadi kau berpikir begitu?", ujar Sasuke.
"Eh?", Naruto kaget.
"JADI KAU LEBIH MEMILIH DESA SIALAN INI, DARIPADA
WANITA YANG SELALU MENCINTAIMU!?", teriak Sasuke
geram.
"Sasuke, aku tak bermaksud..", ujar Naruto.
BUAKH
"KAU BENAR-BENAR BODOH NARUTO! SANGAT BODOH!
APA GUNANYA MENDAPAT KEKUASAAN TAPI
KEHILANGAN ORANG YANG BEGITU MENCINTAIMU!",
teriak Sasuke.
Naruto tertegun mendengar perkataan Sasuke.
"BAGAIMANA KAU BISA MENJADI HOKAGE YANG BAIK,
JIKA KAU TAK BISA MELINDUNGI ORANG YANG KAU
CINTAI!", teriak Sasuke.
"Sasuke, maaf...", ujar Naruto lirih.
"KAU TAKKAN KUAMPUNI, LEBIH BAIK KAU MATI SAJA
SEKARANG, AGAR KAU TAK BISA MENYAKITI HINATA
LAGI!", teriak Sasuke lalu mengeluarkan chidori.
Sasuke mengarahkan chidorinya tepat di jantung Naruto.
'MATI KAU BODOH!"
GREPP
Tangan Sasuke ditahan seseorang. Naruto dan Sasuke
kaget melihat orang itu. Ternyata orang itu adalah Sai.
"Sai, apa yang kau lakukan?! Biarkan aku membunuh
orang brengsek ini!", teriak Sasuke.
"Maaf Sasuke, tapi sebaiknya kau jangan membunuhnya
sekarang. Besok dia akan dilantik menjadi hokage, akan
terjadi kegemparan besar jika dia terbunuh sekarang.
Kau juga akan diburu dan mungkin akan dibunuh juga",
ujar Sai.
"Aku tak peduli! Aku takkan membiarkan si brengsek ini
menyakiti Hina-chan lagi!", ujar Sasuke geram.
"Aku tahu perasaanmu. Tapi sebaiknya kita memulai
plan B saja", ujar Sai.
"Cih, begitu ya. Aku mengerti", ujar Sasuke lalu
menghilangkan chidorinya dan bangkit melepaskan
Naruto.
"Aku pergi dulu. Kau beruntung Dobe, ada yang
menghentikanku. Tapi lain kali aku akan serius
menghabisimu", ujar Sasuke lalu pergi dari situ.
"Sasuke...', gumam Naruto.
"Naruto, daijoubu?", tanya Sai sambil membantu Naruto
untuk duduk.
"Aku tak apa-apa. Arigatou Sai sudah
menyelamatkanku", ujar Naruto.
"Haha, tak masalah kita ini kan teman. Sasuke memang
sudah emosi daritadi jadi aku khawatir dan segera
menyusul kalian disini", ujar Sai.
"Ya, begitulah kalau dia emosi, sungguh tak terkontrol
amarahnya", ujar Naruto.
"Sebaiknya kau pulang Naruto dan obati lukamu, besok
kan kau harus dilantik jadi Hokage. Beristirahatlah yang
cukup", ujar Sai sambil tersenyum.
"Arigatou Sai!", ujar Naruto.
Kemudian mereka berdua beranjak dari tempat itu.
Besok paginya para Shinobi berkumpul di kantor
Hokage. Hari ini adalah hari Naruto akan dilantik
menjadi Hokage ke-enam. Setelah pengumuman-
pengumuman dari para tetua dan daimyo negara Hi.
Akhirnya Tsunade meresmikan Naruto sebagai Hokage.
"Dan mulai hari ini shinobi Konoha bernama Uzumaki
Naruto resmi diangkat menjadi Rokudaime Hokage!", ujar
Tsunade lalu memakaikan topi Hokage pada Naruto.
"Arigatou", ujar Naruto.
Semua orang bersorak-sorai setelah Naruto dilantik
menjadi Hokage yang baru. Tapi tiba-tiba suara keras
seseorang menghentikan sorak-sorai itu.
"Cih, Hokage apanya?"
Semua mata kemudian tertuju kepada pemilik suara itu.
Dan ternyata adalah Uchiha Sasuke.
"Orang brengsek macam dia, tidak pantas menjadi
Hokage!", teriak Sasuke.
"Sasuke...", gumam Naruto.
"Orang yang tega meninggalkan dan menyakiti wanita
yang begitu mencintainya, apa pantas menjadi Hokage?
Dia Cuma pria brengsek yang tahunya menyakiti wanita
saja!", ujar Sasuke lagi.
"Hei Uchiha, jaga bicaramu!", tegur salah satu tetua.
"Diam kau orang tua! Atau mau kalian semua kuhabisi
disini!", ujar Sasuke lalu menatap tajam dengan
Sharingannya.
Para tertua bergidik ngeri melihat Sasuke yang
menunjukkan aura gelapnya.
"Jika Hokagenya adalah Naruto, lebih baik aku berhenti
jadi Shinobi saja. Aku tak mau dipimpin oleh pria
brengsek macam dia!", ujar Sasuke lalu melepas ikat
kepala Konoha miliknya dan melemparkannya di dekat
kaki Naruto.
"Benar, aku juga tak mau punya Hokage seperti Naruto!",
ujar Sakura lalu mengikuti perbuatan Sasuke.
"Aku juga lebih baik aku jadi orang biasa saja daripada
diperintah Hokage macam dia!", ujar Ino lalu
melemparkan ikat kepalanya juga.
"Kau brengsek Naruto! Tahu begini aku takkan
menyerahkan Hinata padamu!", teriak Kiba lalu
melemparkan miliknya juga.
"Kami kecewa padamu Naruto", ujar Lee juga
melemparkan ikat kepalanya.
"Kau memang anak bodoh Naruto!", ujar Chouji lalu
melemparkan miliknya juga.
"Hah mendokusai, aku juga harus ikut-ikutan seperti
ini", ujar Shikamaru juga melemparkan miliknya.
Tenten dan Shino juga melakukan hal yang sama.
"Maafkan aku Naruto..", gumam Sai lalu melemparkan
miliknya juga.
"Kami pergi Naruto, semoga kau hidup bahagia
memerintah desa ini", ujar Sasuke sambil tersenyum
meremehkan lalu pergi diikuti teman-teman lainnya.
"Teman-teman...", gumam Naruto lalu menatap nanar 10
pelindung kepala yang tergeletak di depan kakinya.
"Naruto tak perlu khawatir, masih ada aku yang akan
menemanimu. Kita pasti hidup bahagia", ujar Shion lalu
merangkul lengan Naruto.
Naruto melepaskan rangkulan Shion dengan kasar lalu
pergi dari situ.
Naruto kemudian naik ke monumen ukiran batu Hokage
dan duduk atas ukiran batu ayahnya, Namikaze Minato
sang Yondaime Hokage. Dia mengacak-ngacak
rambutnya dan terlihat frustasi.
"Apa enaknya jadi Hokage jika seperti ini? Aku menyakiti
orang yang kucintai dan mengecewakan teman-temanku.
Aku benar-benar orang yang bodoh dan brengsek", ujar
Naruto berbicara sendiri.
"Tapi di sisi lain, aku sudah menjadi Hokage dan harus
memimpin dan melindungi desa. Demi kepentingan desa
aku harus menikah dengan Shion yang sama sekali tak
kucintai. Aku bisa gila dengan semua ini, Ayah dan Ibu
tolonglah bantu aku..", ujar Naruto.
Sementara di rumah Hinata, Hinata terlihat murung lagi.
Dia mengurung diri di kamar sepanjang hari. Matanya
terlihat sembab karena tadi malam terus menangis.
Hatinya seperti tertusuk-tusuk duri tajam melihat Naruto
dan Shion begitu mesra di hadapannya kemarin.
"Naruto-kun, teganya kau bermesraan seperti itu di
hadapanku...", gumam Hinata.
"Lebih baik aku pergi jauh darisini agar aku tak
melihatmu lagi dan bisa hidup dengan tenang...",
gumam Hinata lagi.
Dua hari berlalu. Hari ini adalah hari pernikahan Naruto
dan Shion. Semuanya telah dipersiapkan dengan baik.
Dari gedung acara, dekorasi dan segala tetek-bengek
yang berhubungan dengan acara pernikahan sudah
tersedia. Kini Naruto dan Shion sedang didandani di
kamar rias. Shion sudah memakai gaun putih
pengantinnya yang indah dan sekarang sedang di make-
up oleh penata rias. Sedangkan Naruto telah terlihat rapi
dengan jas hitam dengan kemeja putih yang bagus dan
keren. Shion terlihat sangat bahagia dan Naruto
kebalikannya, Naruto terlihat murung dan tak
bersemangat.
"Naruto, akhirnya hari pernikahan kita telah tiba. Aku
sudah tak sabar mengucapkan ikrar pernikahan dan
akhirnya hidup bersama denganmu sebagai suami-istri",
ujar Shion sambil tersenyum lebar.
Naruto membalas dengan senyuman yang dipaksakan.
"Hokage-sama bagaimana hasil riasanku? Cucok banget
kan?", tanya sang penata rias yang ternyata seorang
okama.
"Hn", gumam Naruto sambil mengangguk lemah.
Kemudian Shizune masuk ke kamar rias dan menyapa
mereka.
"Naruto, Shion kalian sudah siap? Acara pernikahannya
akan dimulai 10 menit lagi", tanya Shizune selaku
panitia acara.
"Yosh kami sudah siap!", ujar Shion sambil merangkul
lengan Naruto.
"Naruto sebentar ya aku berbicara dengan tetua
negaraku dulu", ujar Shion lalu keluar dari kamar rias.
Setelah Shion keluar, Shizune menghampiri Naruto.
"Naruto, ini ada yang ingin kuberikan padamu", ujar
Shizune lalu merogoh saku bajunya.
"Apa itu Shizune-san?", tanya Naruto.
"Ini adalah surat dari Hinata untukmu", ujar Shizune.
"Surat? Dari Hinata?", tanya Naruto kaget.
"Ya, kau bacalah, aku keluar dulu", ujar Shizune lalu
keluar dari kamar rias.
"Hinata...", gumam Naruto lalu mulai membuka surat itu.

To Be Continued...

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Dunia Naruto
Copyright © 2013. DUNIA NARUTO - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger