Hanya Iseng
Author: Yumi Murakami PM
Hinata yang menjadi anak angkat Namikaze semulanya melakukan sesuatu karena iseng juga karena obrolan dengan temannya.
Tanpa disadari kegiatannya dikehaui oleh kakak angkatnya yang kemudian
melakukannya lebih.
Follow/FavoriteRated: Fiction M - Indonesian - Romance -
Naruto U. & Hinata H. - Words: 4,244 - Reviews: 17 - Favs: 13 -
Follows: 7 - Published: 09-12-13 - Status: Complete - id: 9682324
A+ A-
Naruto © Masashi Kishimoto
Story By Yumi Murakami
Warning: AU, OOC, Typo(s) bertebaran dimana-mana, Abal, Gajje, Hard Lemon (!), BDSM implisit. PwP (Plot? What plot?)
.
.
.
Hanya iseng
.
.
Hinata's POV
Namaku Hinata Hyuuga─itu dulu, sekarang aku sudah resmi berganti marga
menjadi Hinata Namikaze. Bukan karena aku sudah menikah dengan salah
satu anggota keluarga Namikaze. Tapi mulai tiga tahun lalu aku diadopsi
oleh pasangan Minato Namikaze dan istrinya Kushina Namikaze yang
merupakan teman bisnis mendiang ayahku─Hiashi Hyuuga.
Keluargaku meninggal semuanya, ayah, ibu dan adik ku. Gara-gara sebuah
insiden kecelakaan. Saat itu aku tidak ikut, jadi aku selamat dan tetap
sehat sampai sekarang.
Awalnya aku sangat shock dan depresi
dalam suasana berduka karena menganggap aku sudah tidak memiliki
siapapun. Pamanku berniat untuk mengadopsiku, namun aku tahu
pamanku─Hisazhi Hyuuga mempunyai niat yang tidak baik dari awal. Maka
dari itu Minato Namikaze yang kini aku panggil 'ayah' dengan senang hati
mengadopsiku dan aku pun mau.
Ayah Minato dan ibu Kushina juga
sudah memiliki putra, namanya Naruto Namikaze. Ia selisih dua tahun
denganku, aku 17 tahun dan ia 19 tahun. Kak Naruto kuliah di salah satu
Universitas di Konoha jurusan Perkantoran, sedangkan aku masih
bersekolah menengah atas.
Dan kalian tahu, kakak tiriku ini
memiliki wajah yang tidak main-main. Ia sangat tampan melebihi temannya
yang pernah aku lihat, kalau tidak salah namanya Sasuke Uchiha. Aku juga
pernah tanpa sengaja melihat tubuhnya yang kekar, sixpack, perutnya
datar. Apalagi jika terkena keringat atau air, kak Naruto jadi terlihat
sangat sexy.
Oke lupakan sejenak hal itu, kini aku sedang bosan
dengan pelajaran hari ini. Padahal beberapa menit lagi bel istirahat
berbunyi. Jadi aku hanya sibuk mencorat-coret buku catatan. Tanpa sadar
bel pun berbunyi, setelah guru berpamitan beberapa murid keluar dari
kelas untuk menyerbu kantin ada juga yang menetap di kelas salah satunya
aku dan teman-temanku yang langsung mengerubung di bangkuku.
Bergosip.
"Hei Hinata, ikut ke mall yuk?" Ajak Ino duduk di depanku. Aku
menggeleng seraya tersenyum menolak dengan halus. Aku sedang malas
pergi, lagipula kak Naruto melarangku untuk terlalu sering pergi-pergi
ke mall. Katanya membuang-buang uang juga waktu.
Ino menghela nafas kecewa, aku jadi sedikit tidak enak.
"Ne, ne teman-teman kalian pernah melakukan ehem ML?"
Ino dan TenTen tampak tersentak mendengar topik yang dibuat Sakura, berbeda denganku yang masih bingung apa itu ML?
"Kau pernah melakukannya ya Sakura?" tuduh Ino menunjuk jidat Sakura
dengan jari yang langsung ditepis kasar oleh gadis berambut merah muda
itu dengan kesal.
"Aku yakin, kau juga pernah melakukannya dengan Sai."
Ino hanya mengembungkan pipinya membuat Sakura menyeringai puas, "iya aku pernah dengan pacarku."
Jujur sekali Sakura ini.
"Siapa pacarmu?" Giliran TenTen yang berbicara.
"Anak kuliahan, Sasuke Uchiha."
Sekarang aku baru kaget mendengarnya. Sasuke Uchiha teman kak Naruto?
"Kau berpacaran dengan Sasuke-san, Sakura-chan?" Aku yang sedari tadi
diam dan memperhatikan ikut bertanya.
Sakura tersenyum, "iya. Kau mengenalnya Hinata?"
Aku mengangguk pelan sebagai jawaban, sungguh aku tak percaya selera
Sasuke yang begitu sempurna ternyata anak SMA. Bukannya aku mengejek
atau bagaimana. Hanya tidak percaya, aku kira ia akan mencari wanita
yang seumurannya.
"Hah~ Kalian yang sudah punya pacar tentu
bisa melakukannya. Sedangkan aku yang tidak punya hanya bisa mencari
kepuasan seperti itu sendirian." Ujar TenTen melipat kedua tangannya
didepan dada.
Ino, Sakura begitupun aku bingung dengan kata-kata TenTen. "Maksudmu?" Tanya Ino mendahului mewakili kami.
"Masturbasi."
"Eh?!" Seru kami bersamaan.
Aku baru tahu TenTen melakukannya. Jujur aku juga sering melakukannya,
tapi itu jika aku sedang iseng. Ya awalnya iseng, seterusnya seperti
kecanduan. Tapi aku juga tahu batas dan waktu juga tempat. Hanya
bermasturbasi, jika disuruh sex dengan lelaki justru aku merasa aneh dan
ragu.
"Benarkah? Bagaimana rasanya?" Tanya Sakura.
"Enak. Hahahaha.. Entahlah awalnya aku hanya iseng, lalu ketagihan.
Setiap aku sedang horny aku melakukannya sendiri atau dengan alat."
"Alat? Seperti apa?" Kini giliran Ino yang bertanya.
"Vibrator misalnya dan sebagainya."
Tanpa sadar aku tersenyum mendengar penuturan TenTen, ternyata aku sama dengannya. Karena iseng.
"Tapi kau pernah berharap bisa melakukannya dengan laki-laki?" Tanya
Sakura, sedangkan aku sendiri hanya memperhatikan mereka dan menanggapi
dalam hati. Aku tak biasa berbicara terbuka dan terkesan tertutup.
Padahal aku sering disuruh terbuka dengan siapa saja oleh Kak Naruto.
Hah~ Lagi-lagi kak Naruto.
"Kadang, tapi entahlah."
Akhirnya kami terus mengobrol tentang masturbasi TenTen, pengalaman
melakukan sex Sakura dan Ino. Sedangkan aku, aku tetap diam walaupun
sedikit menanggapi. Hanya sedikit. Terlalu malu dan akan tetap seperti
ini. Mungkin.
.
.
.
Bel pulang pun
berdering, tidak lupa bagi Kurenai-sensei untuk memberikan tugas seperti
biasanya sebelum keluar kelas, mengundang suara keluhan dari siswa
siswi kelasku. Aku hanya tersenyum melihatnya, tugas Kurenai-sensei
mudah. Aku bisa bertanya kak Naruto sepulang ia dari kuliah.
Ah aku jadi selalu bergantung padanya.
"Kau yakin tak ikut Hinata?" Aku terkaget ketika tiba-tiba Ino menepuk
pundakku. Mengatur detak jantung yang sempat tidak karuan aku tersenyum
dan menggeleng.
"Gomenne, aku ingin mengerjakan PR tadi."
Kilahku, sebenarnya aku hanya malas saja. Hah, sejak kapan aku jadi
pintar berbohong seperti ini?
"Padahal kan tugas itu dikumpulkan minggu depan."
"Sudahlah Ino, kita bertiga saja." Ujar Sakura yang duduk dibelakangku.
Aku jadi tidak enak menolaknya. Tetapi TenTen dan Sakura bilang tak apa
jika aku tak ingin ikut, kata mereka lagipula aku sudah sering menemani
mereka jalan-jalan. Ya mungkin ini jadi liburan untukku untuk menemani
mereka.
Ketika akan keluar dari kelas tiba-tiba sesuatu
bergetar disaku seragamku. Handphone. Segera saja kukeluarkan, seseorang
mengirim pesan. Kak Naruto.
Naruto nii-san
Kau sudah pulang? Aku pulang lebih cepat jadi aku putuskan untuk menjemputmu. Aku tunggu di depan sekolah.
Aku tersenyum membacanya, kak Naruto menjemputku. Eh, kenapa aku ini.
Kenapa jantungku berdetak lebih cepat? Ya ampun, jangan sampai aku
menyukai kakakku sendiri sekalipun ia kakak tiriku.
Aku
langsung berlari keluar kelas, berdesakan dengan murid lain yang juga
ingin keluar. Entahlah padahal aku sudah setiap hari bertemu kakak tapi
aku seperti orang yang sedang merindukan seseorang saja.
Begitu
sampai di luar gerbang kepalaku menoleh kanan kiri mencari keberadaan
kakak dan disanalah ia sedang berdiri bersandar pada mobil dengan
melipat kedua tangan didepan dada. Sok keren.
Tersenyum aku menghampirinya. "Sudah lama kak?" Sapaku yang sepertinya mengagetkannya.
Ia menggaruk belakang kepala kebiasaannya, "ya sangat lama sekali dan kau membuatku lumutan, tahu?"
Mengembungkan pipi kesal ketika ia mencolek hidungku lalu berjalan masuk ke mobil, aku mengikutinya masuk mobil.
"Langsung pulang?" Tanyanya menstater mobil yang langsung menyala lalu
kak Naruto menjalankannya. Aku mengangguk sebagai jawaban, masih kesal
padanya. Terserah mau melihat aku mengangguk atau tidak aku tidak
peduli.
Bukan kak Naruto namanya jika tak bisa menangani aksi
mengambekku, dengan terus menggodaku ia berhasil membuatku tertawa dan
kembali seperti semula. Ketika ia tertawa, tanpa kusadari wajahku
memerah. Ugh perasaan ini muncul lagi.
Sesampainya di rumah aku
langsung masuk ke kamar setelah mengucapkan terima kasih, lalu berganti
baju. Membuka seluruh pakaiannya dan tersisa dalaman, aku melirik pada
cermin yang lumayan besar disampingku. Menampilkan bentuk tubuhku.
Aku tidak gemuk juga tidak kurus, pas. Aku juga tidak hitam, kata orang
kulitku putih seperti porselen. Dadaku, aku akui dadaku memang
ukurannya tidak seperti gadis lainnya. Ya, besar. Kadang aku minder,
tapi kata Sakura aku harus bangga memilikinya. Ah entahlah. Rambutku
hitam keungu-unguan lurus dan panjang seperti milik mendiang ibu. Mataku
seperti amesthyt. Putih keungu-unguan juga khas keluarga Hyuuga. Tapi
kata kak Naruto mataku lebih indah dibanding keluarga Hyuuga lainnya.
Melihat tubuhku seperti ini, mengingatkanku pada obrolan teman-teman tadi tentang TenTen. Bermasturbasi, ya?
Ah aku jadi ingin. Sudah lama kan? Jadi tak apa.
Tanpa memikirkan apapun, perlahan kubuka BH dan celana dalamku.
Sekarang aku telanjang bulat didepan cermin. Sedikit malu sebenarnya
melihat tubuh sendiri, tapi seharusnya aku sudah biasa. Selama 17 tahun
tubuh inilah yang setiap hari kulihat jika ingin mandi. Ya, setidaknya
hingga aku memiliki suami tubuh ini hanya aku yang bisa melihatnya.
Pelan kuraba bagian payudara kanan, mengusapnya lalu meremasnya.
"Ugh.." Lenguhan pertama lolos dari mulutku keenakan. Tangan sebelah
ikut naik dan melakukan hal yang sama seperti kanan.
"Ahh.."
Awalnya hanya remasan kadang juga aku mencubit nippleku. Nikmat. "Ahhn
emmhh.." Kugigit bibir bawahku menahan desah. Aku sudah terjerumus pada
kenikmatan dan jika sudah seperti ini aku pasti susah berhenti.
Remasan dan cubitan yang kunikmati membuatku lemas, kakiku pun sudah
kuat lagi menahan tubuh sendiri. Aku terjatuh yang untungnya belakangku
kasur. Terus kulanjutkan hinggan sebelah tanganku turun menuju
selangkangan.
Ternyata selangkanganku sudah basah, kuusap
lubang milikku yang basah menggesekan jari dengan klitorisku. "Akh.."
Aku memekik keenakan, klitoris adalah benda yang paling membuatku
terangsang. Terus aku melakukannya, menggesekan jari dengan selangkangan
hingga desahan terus keluar dari mulutku. "Ahh.. Ahhnn.. Engh.."
Aku semakin menggila dengan permainanku sendiri.
End Hinata's POV
.
.
.
Usai mengambil sebotol air dingin dikulkas Naruto melangkah kembali ke
kamarnya yang ada di lantai dua. Tapi langkahnya terhenti ketika
mendengar desahan-desahan aneh berasal dari kamar adik tirinya.
Penasaran ia mendekatkan telinganya di pintu kamar sang adik. Benar
saja, desahannya berasal dari kamar Hinata.
Curiga,
jangan-jangan diam-diam tadi ada pacar Hinata masuk lalu mereka
melakukan sesuatu didalam kamar. Atau ada seorang pencuri yang sedang
memperkosa Hinata? Ah itu tidak mungkin, rumah ini sudah dijaga ketat.
Iya pun ada perampok atau semacamnya masuk pasti sudah babak belur dulu
oleh satpam. Atau diam-diam Hinata suka menonton Hentai atau malah film
bule-bule itu? Ah pikiran Naruto sudah aneh-aneh. Jadi sebenarnya apa
yang Hinata lakukan didalam kamarnya?
Tanpa sadar miliknya
sudah berdiri hanya dengan mendengar desahan Hinata. Naruto akui, suara
desahan Hinata memang sangat eksotis dan menggairahkan.
Dilanda
rasa penasaran, dengan dilandasi keberanian dan tegukan ludah yang
sulit sekali ditelan Naruto pelan membuka pintu kamar Hinata.
Awalnya ia sudah mengira Hinata tahu, tapi setelah ditunggu ternyata tak
ada reaksi apapun dari dalam ketika Naruto membukanya. Sekali lagi,
memberanikan diri untuk lebih Naruto melongokkan kepalanya mengintip
dari sela pintu yang dibukanya. Dan betapa ia kaget, mata bak batu
sapphiernya mengecil ketika melihat pemandangan indah tersuguh didalam
sana.
Hinata berpeluh tidak tertutupi sehelai benangpun sedang
mendesah nikmat, matanya tertutup sedangkan mulutnya sedikit terbuka.
Tangan kanannya berada diselangkangan melakukan gerakan keluar masuk dan
tangan yang satu memeras dadanya sendiri. Oh sungguh pemandangan yang
sangat eksotis.
Adik dibawahnya langsung berdiri melihat
pemandangan itu, dan tiba-tiba saja pikiran mesumnya mengitar di
otaknya. Dengan cepat ia menggelengkan kepala kuningnya. 'Ini tidak
boleh!' Seru Naruto dalam hati.
Tapi di depan sana, mangsa empuk sedang memperlihatkan dirinya. Ah Naruto terlalu konyol menggambarkan Hinata sekarang.
Kenapa tidak? Bermain sendiri itu tidak enak lho. Seringai aneh muncul diwajah tan-nya.
Perlahan Naruto membuka pintu sang adik tiri dan sejauh ini Hinata
tidak tahu keberadaannya. Mungkin Hinata sudah tenggelam dengan
kenikmatannya. Sampai ia mengunci pintu kamar Hinata barulah gadis
bersurai indigo sadar ada yang memasuki kamarnya dan mata amesthyt itu
seketika melebar mengetahui siapa orang tersebut.
"Hoo~ Baru sadar ya?" Ujar Naruto menyeringai melihat adiknya terpaku dengan kedatangannya.
Mulut Hinata masih belum tertutup karena kaget. "A-a-apa?" Tanyanya
takut. Kegiatannya sudah diketahui oleh orang lain, terutama kakak
tirinya.
"Kau mendesah terlalu keras, Hinata. Sampai keluar dan
aku penasaran. Ternyata─" seringai Naruto semakin menakutkan bagi
Hinata. "─adik manisku bermain sendiri disini. Diam-diam kau suka
melakukannya ya?" Naruto berjalan mendekati Hinata yang memundurkan
tubuhnya.
"Ti-tidak, aku ha-hanya iseng." Sahut Hinata bergetar ketakutan dan terus mundur hingga tubuhnya terpentok tembok.
"Oh iseng ya? Tapi kau cukup berani, untuk ukuran gadis pendiam
sepertimu." Naruto sudah mulai merangkak naik ke kasur Hinata dan
langsung memegang lengannya ketika gadis itu akan lari lalu mendorongnya
kembali ke kasur hingga terjatuh terlentang. Kedua tangan Hinata
dikunci oleh satu lengan Naruto diatas kepalanya.
"Kau tahu
Hinata, bermain sendirian itu tidak enak." Dagu Hinata dipegang Naruto
erat, mengangkatnya untuk memaksa gadis yang dulu seorang Hyuuga ini
menatap langsung manik sapphier didepannya. "Biarkan kakak menemanimu
ya?"
Hinata menggeleng keras dan terus memberontak, tetapi
tubuhnya sudah dikunci oleh kakaknya yang bertubuh lebih besar darinya.
Erat ia tutup matanya saat Naruto mendekatkan wajahnya, mulai mencium
bibir Hinata dengan cukup ganas.
Awalnya hanya lumatan-lumatan
yang Naruto lakukan, berikutnya lidahnya sudah maju, namun Hinata belum
mau membuka mulutnya. Akhirnya Naruto sedikit menggigit bibir bawah
Hinata hingga gadis indigo itu menggerang kesakitan dan membuka mulut.
Hal itu memberi kesempatan untuk Naruto memasukan lidahnya dan mulai
bergerak didalam. Mengabsen gigi rapi adiknya dan menyentuh
langit-langit mulutnya, serta mengajak lidah Hinata untuk bergerak
walaupun masih sangat kaku. Naruto selalu mendominasi gerakannya. Sampai
Naruto kehabisan oksigen barulah ia melepaskan ciumannya yang
meninggalkan saliva disudut masing-masing bibir mereka.
Seringai kembali terkembang diwajah tan Naruto melihat wajah adik
tirinya yang memerah, atensinya turun ke leher lalu ke dada. Ia cukup
terkejut melihat ukuran dada Hinata yang ternyata cukup besar untuk
ukuran remaja seumuran Hinata. Cukup menantangnya.
Tiba-tiba
saja sebuah pemikiran terlintas di otaknya, "ne, pernah dengar BDSM?"
Tanya Naruto masih tetap pada posisi mengekangnya.
Hinata hanya mengangguk sambil mengontrol nafasnya yang masih terengah akibat ciuman panjang menggairahkan tadi.
Seringai itu semakin melebar, permainan ini akan sangat menarik. "Kita
coba melakukannya." Tanpa menunggu tanggapan adiknya Naruto sudah
bangkit dari tubuh Hinata dan keluar.
Hinata sendiri masih
belum mengerti maksud kakaknya, ia hanya tiduran melihat kearah pintu.
Jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya ketika melihat wajah
kakaknya dari dekat, apalagi ciuman tadi. Jantungnya seperti ingin
keluar saja, sangat menyesakkan. Rasanya antara malu, senang, marah dan
lainnya bercampur menjadi satu. Apa ini yang disebut jatuh cinta? Apa
Hinata mencintai kakak tirinya sendiri? Itu sangat tidak mungkin. Dengan
cepat ia gelengkan kepalanya, mengusir pemikiran-pemikiran itu. Tapi
ketika Naruto menciumnya, kenapa Hinata menikmati setiap sentuhan yang
Naruto lakukan tanpa menolaknya.
Hanya cukup satu menit Naruto kembali lagi dengan membawa sebuah tas. Entahlan isinya apa.
Membuka tas itu lalu mengeluarkan sebuah tali, pemuda yang memiliki
tanda coretan dikedua pipinya menunjukan tali tersebut pada Hinata
sambil tersenyum lebar. "Tali. Hahaha.. Kau pasti tahu ini tali ya?
Bodoh." Lalu Naruto kembali mengorek tasnya, mengeluarkan benda-benda
aneh yang Hinata tidak tahu apa namanya dari tas tersebut. "BDSM itu
singkatan dari Bondage, Dicipline, Sadistic, dan Masocist. Kau mengerti,
Hinata?" Tanya Naruto menoleh pada Hinata yang mengangguk sebagai
jawaban.
"Kita mulai." Memberi tanda memulainya permainan
Naruto kembali memposisikan dirinya diatas Hinata, memegang kedua tangan
gadis itu yang langsung bergerak memberontak. Sempat Hinata berteriak,
namun dengan cepat Naruto membungkam mulutnya dengan mulut Naruto.
Memberi ciuman seraya tangannya bergerak mengikat tangan Hinata
disandaran kasur.
"Sudah." Tersenyum melihat pekerjaannya
mengikat tangan Hinata diatas kepala gadis itu lalu turun memperhatikan
wajah memerah yang tampak ingin menangis. Naruto mengubah wajahnya
seolah ikut sedih lalu mendekatkan tubuhnya lagi. "Kenapa sedih?" Tak
mendapat jawaban Naruto hanya mengecup pipi kiri adiknya lalu
mengelusnya. Hinata menoleh, menolak sentuhan kakaknya. Tersenyum
menanggapi pemuda beriris sapphier itu kembali menyeringai, "Ne, nikmati
saja."
Setelah itu ia kembali mencium bibir Hinata ganas,
bibirnya bergerak liar lalu turun menuju leher, mengecup, menghisap
serta menggigit Naruto lakukan. Memberikan berkas merah di leher Hinata.
Entah Hinata sendiri tak bisa menolak apa yang kakaknya lakukan, ia
seperti menikmati semuanya. Padahal ini sudah seperti pemerkosaan.
"Ahhnn.. Engh.." Hanya desahan yang keluar dari bibir bengkaknya ketika
bibir lembab kakak pirangnya ini menelusuri inchi leher putih nan
jenjangnya.
Puas memberi bercak merah dileher Hinata bibir
Naruto turun menuju dada mengecup belahan dadanya dan meninggalkan jejak
disana, kedua tangannya bergerak meremas kedua dada besar milik Hinata.
"Ahk.. Ahk.. Na-narutohh-nii.."
Naruto menyeringai mendegar desah Hinata yang sangat mengairahkan ini.
Menambah semangatnya untuk terus menjamah tubuh Hinata. Mulutnya beralih
pada pucuk dada Hinata yang berwarna merah muda, sangat menggoda untuk
menghisapnya seperti bayi.
"Aaaahhh..." Erangan Hinata semakin
mengeras, seiring hisapan yang Naruto lakukan pada kedua dadanya
bergantian. Membawa dirinya dalam kenikmatan yang tidak bisa ditolaknya
walau rasanya sedikit sakit ketika Naruto sesekali mengigitnya.
Penasaran Naruto mengambil gag ball di sampingnya lalu ia merangkak
naik berhadapan dengan wajah Hinata, ia tersenyum dan memberi kecupan di
bibir yang terbuka itu. "Aku penasaran jika suaramu kusumpal." Awalnya
Hinata diam, tapi ketika ia mengerti apa yang akan Naruto lakukan ia
sedikit memberontak. Dengan cepat Naruto memasang gag ball dimulut
Hinata.
"Nah kita teruskan." Kembali ke dada Hinata dan
memerasnya serta menghisap pucuknya agak keras. Ternyata desahan dan
teriakan Hinata sangat eksotis ketika disumpal.
"Eeemmmhhh..
Ennghhh.." Desahan tertahan terus mengisi aksi Naruto yang belum puas,
tangannya kembali meraba samping tubuhnya mencari sesuatu. Setelah
menemukannya Naruto memperlihatkannya dulu pada Hinata, " ini namanya
nipple clamp, cara memakainya seperti ini." Jelasnya yang kemudian
menjepit nipple clam tersebut di puting dada Hinata.
"Aaaanghh!" Hinata berteriak tertahan ketika menahan sakit sekaligus nikmat terasa di dadanya.
"Enak bukan?" Tanya Naruto menjilat pipi Hinata. Setelah itu pemuda 19
tahunan itu turun menuju pangkal paha Hinata, ia menyeringai ketika
melihat milik Hinata yang berdenyut dan basah. Naruto tergoda untuk
menjilat, mencoba cairan adik tirinya yang ternyata tidak buruk.
"Angh.. Emmhh.. Engh.." Desahan dan gelinjangan Hinata mengeras ketika
lidah basah dan kasar kakaknya menjilat miliknya yang kemudian memasukan
lidah tersebut kelorong Hinata. Ia tersentak merasakan tusukan lidah
Naruto mengenai lubangnya, rasanya geli, nikmat dan semuanya tercampur.
"Aaaahh.. Aaagghhh.."
Memundurkan wajahnya kini berganti tugas
sang jari, Naruto masukan jari telunjuknya ke lorong Hinata yang membuat
pemiliknya memekik. Sedikit sakit memang ketika Naruto menambah jarinya
yang lalu mengocok jari tersebut. Menggesekan kedua jarinya pada
dinding lorong Hinata yang terasa menjepit jari pemuda blonde spike itu.
Ia membayangkan jika miliknya yang memasuki lorong sempit ini pasti
rasanya enak dijepit serasa dipijat.
"Angh.. Angh.. Emmhh.."
Sebelah tangannya yang sedari tadi menahan pinggul Hinata yang terus
bergerak tidak tenang kini mengambil sebuah benda disampingnya.
Vibrator.
Vibrator itu berukuran tidak besar juga tidak kecil,
dikeluarkannya jari yang sedari tadi mengocok lorong Hinata dan
mengganti dengan vibrator tersebut. Agak sulit, namun dengan paksaan
akhirnya Naruto berhasil.
"Aaaggghh.." Sakit, rasanya sangat
sakit ketika sesuatu yang lebih besar dari kedua jari kakaknya memasuki
tubuhnya, tidak hanya itu benda tadi mulai bergetar didalam dan itu
membuat Hinata semakin menggila. Tubuhnya kembali bergerak liar,
menggelinjang menerima rasa sakit yang sangat nikmat itu di bagian dada
terjepit dan getaran dilubang pangkal pahanya. Hinata mendesah kencang
kenikmatan. "Ssshh.. Angh!"
"Ne, ini mengganggu ya?" Melepaskan
gag ball tersebut dan mengganti mulutnya untuk menyumpal mulut Hinata.
Menjilati saliva yang mengalir didagu dan sekitar mulutnya untuk
dikumpulkan lalu memaksa Hinata untuk menelan kembali salivanya dan
saliva Naruto.
"Aaaaaaggghhhhh!.." Teriakan desah panjang
menjadi penanda Hinata sudah klimaks, Naruto menyeringai kemudian
menjilat bibir bawah adiknya.
"Nikmat kah? Hm?"
Hinata
tak menjawab, ia masih terengah akibat klimaks pertamanya juga masih
mendesah pelan karena benda bergetar itu tak bisa diam dibawah sana.
"Hah.. Padahal aku belum memutarnya hingga hard, hanya medium dan kau
sudah klimaks." Naruto membuka kemeja merahnya, celana panjang, boxer
hingga celana dalam. Kini keduanya sudah tidak memakai sehelai benang
pun.
Hinata sempat tersentak ketika melihat milik kakak
sepupunya yang cukup besar, ini pertama kali baginya melihat wujud
barang milik laki-laki.
"Hoi, punyaku besar ya? Hahaha.."
Wajah Hinata semakin merah karena malu ketahuan memperhatikan milik
kakaknya. "Kau sering ennghh.. melahhkukannyahh aahh.. dengan wanita
lain hh.. ya kak?" Tanya Hinata masih terengah.
"Aku? Pernah
dengan Shion─" Jawab Naruto sambil mengecup kening Hinata. "─tapi aku
sama sekali tak menyukainya, kau tahu? Dia hanya memfaatkanku. Ah
lupakan. Tapi aku baru tahu soal BDSM macam seperti ini dari teme."
Hinata tahu teme maksud kakaknya ini, Uchiha Sasuke. " Dia mengajariku
artinya dan caranya. Katanya dia sering mempraktikan BDSM ini dengan
pacarnya."
"Pahcarnya ugh.. adalah sahabathkuhh.. aahh"
"Sakura-chan? Hoo.. Dia sahabatmu. Ya aku mengenalnya, pasti. Kami sering bertemu."
"Kakak.."
Naruto yang sedari tadi sibuk bermain rambut Hinata dan menciumnya
beralih ketika Hinata memanggilnya. "Aku.. Sebenarnya.. Ahh.." Karena
getaran dari bawah membuat Hinata tak bisa tenang dan berkonsentrasi
ketika ingin mengatakan sesuatu pada Naruto. "Sebenarnyaahh.. Akuh..
Menyukaihmuu.."
"Hah?" Jujur, sebenarnya Naruto kaget mendengar
pernyataan adiknya. Ia tak menyangka tentang perasaan Hinata, atau
Hinata sedang tidak sadar karena kenikmatan yang ia rasakan?
"Aku menyukaihmu.. Ahh.."
"Kau serius?" Tanya Naruto mencoba mencari kebenaran dari kalimat
Hinata yang sangat sakral ini. Mengingat mereka adalah saudara sekalipun
saudara angkat.
"Seriush.."
Hening, hanya suara
desahan dari Hinata yang tidak tahan untuk mengeluarkannya. Padahal
sudah ia tahan dengan menggigit bibir bawahnya. Naruto masih bingung ia
harus bagaimana. Tapi, apa salahnya? Toh hanya saudara angkat. Siapa
yang tahu tentang masa depan?
Menyeringai setelahnya putra
sulung Namikaze itu bergerak kebawah tubuh Hinata, menjilat lubang
bergetar itu sebelum mencabut benda yang tadi bersarang disana.
Melebarkan paha Hinata, Naruto menyiapkan bendanya didepan lorong
adiknya yang sebentar lagi akan ia rebut kegadisannya.
Menarik
nafas sebelum menatap manik sayu adik angkatnya, "Tahan!" Ujar Naruto
memerintah. Selanjutnya Hinata merasakan sakit melebihi tadi, rasanya
miliknya seperti mau sobek saja.
"Aaaarrrggghhh!" Ia berteriak
kesakitan sedangkan Naruto menggeram merasakan miliknya berasa dipijat
didalam tubuh Hinata. Padahal baru setengahnya dan didalam sangat sempit
sekali.
Sekali lagi Naruto menarik nafas panjang kemudian
menundukan dirinya, "ini akan sakit. Tapi tahan!" Kembali memerintah
Naruto memundurkan tubuhnya kemudian mendorong dan menyentakannya cukup
keras seperti menyobek sesuatu. Hinata langsung berteriak keras, tapi
Naruto segera menyumpal dengan memberi ciuman untuk meredam suaranya.
Ciuman yang sekaligus menenangkan.
Mulai sesenggukan dan Naruto sadar itu. "Kenapa menangis?" Tanyanya.
"Sakiitt~"
Naruto tersenyum mendengra nada manja adiknya. Ya, gadis yang dulu
masih anak SMP berusia 14 tahun sekarang sudah beranjak dewasa menjadi
sosok gadis cantik yang menggairahkan dan mempesona. Mengecup kening
Hinata sekaligus menjadi penenang Naruto menatap amesthyt adik selisih
dua tahunnya, "kalau sakit, tahan saja. Lama-lama kau pasti akan
terbiasa. Tidak apa. Sakitnya tidak hilang baru beritahu kakak dan suruh
aku berhenti."
Hinata mengangguk, pemuda yang kini sudah
menjadi pria atau memang sudah menjadi pria sejak lama itu merangkak
naik untuk melepaskan ikatan adiknya. Mengecup pergelangan Hinata yang
membiru lalu kembali tersenyum. "Maaf." Meletakan kedua tangan Hinata
disamping kepala Naruto mengeratkan tangannya pada tangan adiknya.
Perlahan ia menggerakan tubuhnya mengeluar masukan miliknya didalam
lorong sempit Hinata yang lama-lama menjadi cepat ketika adiknya sudah
mulai terbiasa dengan benda dialam tubuhnya.
"Agghh.. Ahh.. Engghhh.. Akkhh.. Na-narutoh-niih.. Akkhh.."
Naruto menggeram perpotongan leher dan bahu Hinata, untuk mengalihkan
ia menggigit bahu Hinata sedikit. Meninggalkan jejak disana. Mata Naruto
melirik kaca sampingnya yang memantulkan dirinya dan Hinata yang
sama-sama tidak berbusana ia diatas Hinata dibawah, paha wanita
dibawahnya terbuka dan dirinya sedang berusaha memasuki tubuh tersebut
semakin dalam disetiap hentakannya. Hahh.. Sangat menggelikan.
"Ne, Hinata lihat ke samping." Perintah Naruto. Hinata menolehkan
wajahnya kesamping, letak kaca yang lumayan besar itu. Ia kaget melihat
pantulan dikaca tersebut. "Keren kanh? Ugh.."
"Ahh.."
Bosan dengan posisinya saat ini Naruto menyuruh Hinata untuk berbalik
dan berposisi menungging. Dari belekang Naruto memasuki miliknya dan
posisi ini ia bisa luas untuk berekspresi.
"Agh!" Merasakan bendanya dijepit erat Naruto menggeram. Sepertinya Hinata akan klimaks lagi.
"Ahh.. Akh.. Adah.. yang inginh.. keluarhh.. Aaahhh..."
Benarkan? Setelah klimaks dengan mengeluarkan cairan cukup banyak dan
berteriak sangat kencang Hinata ambruk. Ia terengah-engah kecapaian.
Sedangkan Naruto sendiri jadi menghentikan gerakannya. "Kau
lelah-ttebayo? Tapi aku belum keluar." Keluhnya.
"Akuh lelah nii-san."
Mendengus kesal Naruto mencabut miliknya, tapi tiba-tiba saja pikiran
iseng muncul diotaknya. Ia tersenyum senang. "Ya kita ganti tempat."
Hinata terbelalak kaget begitu merasakan benda besar memasuki tubuhnya terasa menyobek lubang lainnya, "Aggghhh.."
"Ughh.." Naruto melenguh nikmat, lubang Hinata satu ini memang lebih
sempit dan seolah menjepit miliknya. Awalnya ia menggerakan tubuhnya
pelan dan kelamaan berubah cepat.
Rasa sakit menyebar di daerah
bawah tubuhnya membuat Hinata semakin menggelinjang antara nikmat dan
sakit. Jeritan, desahan, rintihan dan teriakannya memenuhi ruang bercat
ungu itu. Sama sekali tak pernah Hinata perkirakan akan merasakan hal
ini dalam hidupnya. Ia sudah jatuh ke dalam kenikmatan dan hanya lelaki
diatasnyalah yang bisa membantunya. Tak bisa menolak tiap sentuhan dan
gerakan yang Naruto berikan, terus menginginkan lebih dan lebih, ingin
terus klimaks hingga kesadarannya hilang pun Hinata mau. Mungkin dirinya
sudah terasuki setan atau sudah masuk dalam ke kenikmatan ini. Ia sama
sekali tak peduli.
"Hyaaahhh.. Ahh.."
Bergerak maju
mundur, menggesek lubang anus Hinata. Mencari kenikmatan dalam kegiatan
senggama yang seharusnya dilarang Tuhan ini. Ah peduli setan.
Yang terpenting adalah puncak dari semua ini. Semakin cepat Naruto
menggerakan tubuhnya semakin kencang pula teriakan desahan Hinata.
"Aaaghh.. Na-naruto-nii.. Ugh.."
"Akh, shit! Kau sungguh nikmat Hinata.." Tidak tahan dengan desahan tertahannya Naruto akhirnya mulai ikut melenguh.
Perasaan ini datang kembali, Hinata merasakan sesuatu ingin keluar lagi
untuk kesekian kalinya. "Ah! Ah! Ah! Ah! Ah! Aahh.. Gyaaaahhhh..
Naruto-niii.. Engh.."
"Argh! Shit!" Naruto menggeram di bahu
Hinata ketika merasakan sesuatu keluar dari miliknya. Mengikuti Hinata
yang sudah lebih dulu pada puncaknya.
"Kau masih kuat? Sekarang
kau yang diatas." Seperti kurang puas, Naruto menempatkan Hinata
dipangkuannya. Menyuruhnya untuk bergerak sepuasnya. Mengendalikan
permainan yang sedari tadi Naruto kendali. Hingga malam tiba. Beruntung
kedua orang tua mereka tak ada di rumah, itu membuat aman mereka
melakukan ini sampai pagi sekalipun.
.
.
.
"Eh?!"
Wajah wanita beriris amesthyt itu memerah seketika setelah menceritakan
kegiatannya kemarin pada malamnya gara-gara tadi tidak sengaja ia
keceplosan saat teman merah mudanya memulai obrolan.
"Ka-kau? Dengan kakakmu?"
Hinata duduk dengan gusar dicerca pertanyaan intim demikian oleh sahabat-sahabatnya. Ia malu.
"Ne, sekarang tinggal TenTen. Kapan kau akan menyusul?" Goda Sakura melirik ke arah sahabat bercepolnya.
"Tunggu aku menikah."
"Ah lama sekalii.."
"Lalu bagaimana denganmu dan kakak angkatmu?"
Ah ya, Hinata pun masih bingung dengan kalimat kakak angkatnya setelah
kegiatan mereka usai. Ketika kesadarannya mulai terenggut sempat ia
mendengar..
.
.
"Tunggu kau dewasa, aku akan menjawabnya."
.
.
Menunggu dewasa itu lama.
.
.
.
End~
Mantep gan....ayo admin buat lagi yang lebih mantep, lebih banyak cerita sexnya biar makin seru.....
BalasHapusMantap
BalasHapus