Home » » AISHITERU HINATA chap 7

AISHITERU HINATA chap 7

AISHITERU HINATA


Disclaimer : NARUTO milik Masashi Kishimoto
Author : Marvelous-chan
Genre : Romance & Hurt/Comfort

Pair : Naruto Hinata

Summary : Perang Dunia Ninja telah berakhir, setelah
kembali ke desa Konoha, Naruto akan segera diangkat
jadi Hokage dan kini telah bertunangan dengan Sakura.
Tapi suatu kejadian mengubah segalanya, karena sebuah
ramuan Naruto menjadi tergila-gila pada Hinata.
Bagaimanakah Hinata mengatasinya?

Chapter 7 – Gomenasai


Muncul beberapa orang yang seperti pengawal dan
masuk kedalam ruangan. Lalu terakhir muncul seorang
gadis cantik berambut pirang dan bermata ungu. Naruto
kaget melihatnya.
"Shi-Shion!", ujar Naruto kaget.
"Hai Naruto, lama tak berjumpa!", sapa Shion.
"Mereka adalah orang-orang dari negeri Iblis yang
pernah kau kunjungi beberapa waktu lalu. Dan tujuan
aku memanggilmu kesini adalah…", ujar Tsunade.
"Apa Tsunade-baa-san?", tanya Naruto bingung.
"Kamu Uzumaki Naruto sebagai calon Rokudaime Hokage
harus menikahi Shion, miko dari Negara Iblis!", ujar
Tsunade.
"APAAA!?", teriak Naruto kaget.
"Baa-san! Apa-apaan ini kenapa aku harus menikahi
Shion?", tanya Naruto.
"Ini adalah usul dari para tetua. Sebagai desa yang
melindungi negara Hi kita harus mempererat kerjasama
dengan negeri-negeri lain. Negeri iblis adalah negeri
yang kuat dan berpengaruh, jadi dengan pernikahan ini,
hubungan kedua negara akan semakin erat", jelas
Tsunade.
"Ta-tapi Baa-san, kau tahu kan aku sudah punya
Hinata-chan! Mana mungkin aku bisa menikah begitu
saja dengan orang lain!", ujar Naruto.
"Tidak ada tapi-tapian Naruto! Ini adalah keputusan dari
kami para tetua. Seminggu lagi kau akan dilantik jadi
Hokage dan setelah itu kau akan langsung menikah
dengan Shion!", ujar tetua.
"Ini tak adil! Aku tak mau!", ujar Naruto geram.
"Naruto, apa kau ingat janjimu kepadaku sebelum kau
pulang ke desa?", tanya Shion.
"Eh? Janji?", tanya Naruto heran.
"Ya janji yang kaubuat bersamaku", ujar Shion.
FLASHBACK ON
Naruto telah berhasil mengalahkan iblis naga dan
menyelamatkan Shion. Mereka kini sedang memandangi
langit.
"Shion dengan berakhirnya ini maka kau tak perlu jadi
miko lagi. Kau bisa bebas sekarang", ujar Naruto.
"Tapi kekuatan iblis naga itu akan tetap ada. Kekuatan
itu akan selalu tumbuh di pikiran orang-orang yang
jahat. Maka harus ada miko yang bisa selalu
menghadapinya", ujar Shion.
"Oh begitu ya. Aku mengerti", ujar Naruto.
"Dan aku ingin kekuatanku ini terus diwariskan agar bisa
menjaga negara iblis ini dari kekuatan-kekuatan jahat.
Kau mau kan membantuku Naruto?", tanya Shion.
Mendengar perkataan Shion itu, Lee dan Sakura jadi
kaget dan salah tingkah.
"Tentu saja, aku berjanji akan membantumu!", ujar
Naruto sambil tersenyum kepada Shion.
FLASHBACK OFF
"Eh? Aku tak begitu mengingatnya. Lalu aku juga tak
begitu mengerti perkataanmu waktu itu. Jadi aku iya-iya
saja", ujar Naruto.
Orang-orang diruangan itu langsung sweatdrop
mendengar perkataan Naruto.
"Kau ini benar-benar bodoh ya Naruto. Maksudnya aku
ingin...", ujar Shion menggantung.
"Kau ingin apa?", tanya Naruto bingung.
"Aku ingin punya anak denganmu, bodoh..", ujar Shion
malu-malu.
"NANI?!", teriak Naruto kaget.
"Itu sebabnya aku kesini untuk menagih janjiku. Kau
harus menikah denganku Naruto, karena kau sudah
berjanji akan mewariskan keturunan denganku", ujar
Shion.
"Kau sudah dengar itu Naruto, jadi kau tak perlu
membantah lagi. Kau harus siap menikah dengan Shion.
Ini semua juga demi kepentingan politik negara", ujar
tetua.
"Kenapa ini harus terjadi padaku!?", teriak Naruto.
Sementara itu Hinata sedang melakukan pekerjaannya di
rumah sakit. Dia sedang mengurus beberapa dokumen-
dokumen administrasi yang lumayan banyak. Walaupun
banyak dia berusaha menyelesaikannya dengan cepat
karena sudah tak sabar bertemu Naruto. Naruto
mengajaknya makan malam bersama malam ini.
Setelah semua kerjaannya selesai, Hinata segera
membereskan mejanya dan pergi keluar. Setelah dia
sampai di pintu gerbang rumah sakit, dia tak mendapati
Naruto berdiri di depan pintu rumah sakit.
"Lho, Naruto-kun kok belum datang ya? Biasanya dia
tiba selalu lebih awal", gumam Hinata.
"Mungkin dia ada urusan, aku tunggu saja..", gumam
Hinata.
Hinata kemudian menunggu dan terus menunggu tapi
Naruto tidak kunjung datang setelah habis 2 jam.
"Kok Naruto-kun lama sekali ya? Apa terjadi sesuatu
padanya?", gumam Hinata mulai cemas.
Kemudian Sakura keluar dari pintu rumah sakit dan
menghampiri Hinata.
"Lho Hinata, kamu belum pulang?", tanya Sakura.
"Sakura-chan, aku sedang menunggu Naruto-kun, kami
ada janjian tapi dia lama sekali datangnya. Aku jadi
cemas", ujar Hinata.
"Waduh, jangan-jangan si bodoh itu lupa lagi. Atau
malah ketiduran, benar-benar tak bisa diharapkan", ujar
Sakura sambil geleng-geleng kepala.
"Tapi Naruto-kun kan selalu menepati janjinya, pasti dia
takkan lupa", ujar Hinata.
"Ya sudah aku temani kamu disini sampai dia datang,
lagipula aku juga sedang menunggu Onii-chanmu
disini", ujar Sakura.
"Arigatou, Sakura-chan!", ujar Hinata.
Setengah jam kemudian Sasuke datang dan langsung
menghampiri mereka.
"Hai Sakura-chan, Hina-chan!", sapa Sasuke.
"Selamat sore Sasuke-nii!", jawab Hinata.
"Sasuke-kun kok lama sekali?", ujar Sakura.
"Gomen, tadi aku ada keperluan yang penting sekali,
jadinya telat jemput kamu. Maafkan aku ya sayang?",
ujar Sasuke.
"Ya sudah yang penting kamu sudah datang, tapi kita
pergi sebentar lagi, kita temani Hinata sampai si bodoh
datang", ujar Sakura.
"Huh si baka Dobe itu paling-paling dia ketiduran
sampai-sampai tak menjemput Hina-chan!", ujar
Sasuke.
"Aku akan tetap menunggunya, dia sudah janji akan
makan malam bersamaku hari ini", ujar Hinata.
"Ya sudah kita tunggu sampai dia datang", ujar Sasuke.
Mereka terus menunggu hingga hari sudah gelap tapi
Naruto tak kunjung datang. Hinata mulai cemas
sedangkan Sasuke mulai kesal.
"Apa sih yang dilakukan baka Dobe sampai selama
ini?!", ujar Sasuke geram.
"Sudah-sudah Sasuke-kun, lebih baik kita pulang saja.
Hari sudah gelap. Ayo Hinata kita pulang, mungkin
Naruto sudah lupa ada janjian denganmu", ujar Sakura.
"Na-Naruto-kun...", gumam Hinata dengan raut muka
sedih.
"Sudah-sudah Hina-chan, kalau aku bertemu dengannya
besok, pasti aku akan memarahi dan menghajarnya!",
ujar Sasuke sambil menepuk-nepuk pelan kepala Hinata.
"Ayo kita pulang!", ujar Sakura lalu menarik tangan
Hinata dan berjalan ke rumah masing-masing.
Sementara Naruto masih di kantor Hokage setelah adu
mulut dengan tetua selama berjam-jam.
"Kau ini begitu keras kepala Naruto! Ikuti saja perintah
kami!", ujar tetua.
"Sialan aku tak mau! Aku Cuma cinta sama Hina-chan!
Aku ngak mau nikah sama Shion!", ujar Naruto geram.
"Ini semua demi kepentingan desa Naruto! Tolong
mengertilah! Kami membutuhkan kerjasama dari negara
Iblis agar Konoha dan negara Hi bisa lebih maju!", ujar
tetua.
"Baa-san! Tolong bantulah aku bicara sama orang-orang
tua cerewet ini! Aku tak mau menikah dengan Shion!",
ujar Naruto.
"Kau tak bisa membantah Naruto, keputusan dari para
tetua adalah yang terbaik! Kita harus patuh pada
keputusan mereka!", ujar Tsunade.
"Ta-tapi Baa-san a..aku tak tega meninggalkan Hinata.
Aku sangat mencintainya!", ujar Naruto.
"Aku tahu Naruto! Tapi ini juga untuk kepentingan desa.
Karena kau adalah Hokage selanjutnya yang akan
memerintah desa, kau harus belajar bagaimana menjadi
seorang pemimpin. Prioritas seorang pemimpin adalah
kepentingan dari desa yang dipimpinnya!", ujar Tsunade.
"Ukh...aku..aku...", ujar Naruto sambil mengepalkan
tangannya.
"Impianmu sejak kecil adalah menjadi Hokage kan?
Impianmu akan segera terwujud dan kau harus belajar
menjadi seorang Hokage!", ujar Tsunade.
"Aku memang ingin menjadi Hokage ta-tapi...", ujar
Naruto.
"Jika kau ingin menjadi seorang pemimpin kau harus
bijak! Kau harus menentukan keputusan yang terbaik
dan menerima segala konsekuensinya!", ujar Tsunade.
"Jadi yang mana akan kau pilih Naruto? Desa ataukah
Hinata?", tanya Tsunade.
"Ukh...a-aku...", ujar Naruto.
"Kami semua berharap padamu untuk memimpin desa ini
Naruto. Kaulah orang yang paling kuat dan paling cocok
untuk menjadi Hokage. Semua orang percaya padamu.
Tapi saat ini desa sedang membutuhkan hubungan
politik dengan negara lain. Agar desa menjadi lebih kuat.
Dengan kau menikah dengan Shion maka negara Hi akan
semakin kuat dan maju karena hubungan dengan negeri
Iblis. Kumohon Naruto, ini adalah untuk kebaikan desa.
Bukankah kau ingin selalu melindungi desa ini?", ujar
Tsunade panjang lebar.
"Ukkh..aku...aku..", ujar Naruto sambil mengacak-ngacak
rambutnya.
"Kau tak perlu menjawabnya sekarang. Aku akan
memberikanmu sehari untuk berpikir. Dan kumohon itu
adalah keputusan yang terbaik", ujar Tsunade.
"Naruto..", ujar Shion lalu memegang lengan Naruto.
"Jangan sentuh aku!", ujar Naruto kasar sambil menepis
tangan Shion dengan kasar.
"Hei kau tak boleh kasar begitu pada Shion-sama!",
tegur seorang pengawal.
"Aku pergi dulu ya Baa-san!", ujar Naruto lalu keluar
dari kantor Hokage.
Tsunade melihat kepergian Naruto dengan pandangan
nanar.
"Maafkan aku Naruto, tapi ini demi kepentingan negara
Hi dan desa Konoha...", batin Tsunade.
Sementara Hinata telah sampai di rumahnya dan sedang
berbaring di kasurnya.
"Kenapa Naruto-kun tidak datang ya? Apa sesuatu
terjadi padanya? Aku juga merasakan hal yang buruk
akan segera terjadi...", batin Hinata.
Lalu setelah itu Hinata tertidur.
Sementara Naruto di kamarnya masih frustasi dan
mengacak-ngacak rambutnya.
"Apa yang harus kulakukan? Di suatu sisi aku ingin desa
aku lindungi tapi jika aku lakukan itu maka aku akan
meninggalkan Hina-chan. Aku bisa gila dengan semua
ini!", ujar Naruto frustasi.
"Para orang bijak selalu mengatakan kalau hidup itu
penuh dengan pengorbanan. Apa aku harus
mengorbankan cintaku pada Hinata dan mementingkan
kepentingan desa serta penduduk? Tapi aku tak sanggup
menyakiti Hina-chan lagi, dia sangat tulus mencintaiku.
Tapi di suatu sisi aku juga harus mementingkan
kepentingan desa karena aku akan segera menjadi
Hokage. Aku bingung dengan semua ini!", ujar Naruto
lagi.
Naruto terus berpikir dan bicara-bicara sendiri hingga
akhirnya dia kelelahan dan tertidur.
Besok paginya Naruto kembali dipanggil oleh Tsunade
ke kantor Hokage. Dia ingin menanyakan jawaban dari
Naruto.
"Ohayo Naruto. Langsung saja, bagaimana
keputusanmu?", tanya Tsunade.
"A..aku..aku...", ujar Naruto terbata-bata.
"Kuharap kau memberikan jawaban yang bagus", ujar
Tsunade.
"A..aku..aku memilih desa...", ujar Naruto dengan
terpaksa.
"Bagus! Itu keputusan yang bagus!", ujar para tetua
dengan riang.
Sementara Tsunade Cuma memandang Naruto dengan
nanar. Naruto menundukkan kepalanya dengan tangan
terkepal.
"Berarti kau harus segera menikahi Shion-sama setelah
kau diangkat jadi Hokage nanti!", ujar tetua.
Naruto Cuma terdiam dan masih menunduk sementara
Shion mendekati Naruto dan memeluk lengan Naruto.
"Aku senang dengan keputusanmu Naruto! Kita akan
menjadi sepasang suami-istri dan hidup dengan
bahagia.", ujar Shion sambil tersenyum.
Naruto Cuma memandang tajam pada Shion sekilas lalu
menunduk lagi.
"Kalau begitu Naruto kau harus menemani Shion-sama
berkeliling desa selama dia ada disini. Terutama agar
kalian berdua semakin akrab dan dekat", ujar Tsunade.
Naruto Cuma terdiam dan mengangguk lemah.
Sementara Shion tersenyum pada Tsunade.
Sementara itu Hinata sedang berada di rumah sakit dan
bekerja. Namun pikirannya tak fokus dan selalu
memikirkan Naruto. Dia tampak tak bersemangat karena
belum juga menerima kabar dari Naruto dari kemarin
sampai saat ini. Karena melamun Hinata tak sengaja
menjatuhkan beberapa mangkuk obat ke lantai.
PRANG...
"Astaga Hinata! Apa yang terjadi?!", ujar Sakura kaget
karena Hinata menjatuhkan mangkuk obat.
"Gomenasai, aku tak sengaja menjatuhkannya", ujar
Hinata lalu mulai memunguti pecahan mangkok tersebut.
"Kau ini sakit ya? Sebaiknya kau beristirahat dulu", ujar
Sakura.
"Aku tak apa-apa kok Sakura-chan. Aku masih bisa
meneruskan kerjaanku", ujar Hinata.
"Ya sudah, tapi kalau kau mulai merasa sakit bilang-
bilang ya?", ujar Sakura.
"Hai", ujar Hinata.
"Naruto-kun dimana kau sekarang?...", batin Hinata.
Sementara Naruto sedang jalan-jalan bersama Shion di
taman Konoha. Shion meminta Naruto menunjukkan
tempat-tempat menarik yang ada di desa. Naruto masih
tampak murung dan tak bersemangat. Shion mencoba
menghibur Naruto tapi sepertinya tak berhasil.
SKIP TIME
Hari sudah petang. Kegiatan kerja di rumah Sakit mulai
dihentikan. Beberapa pegawai mulai pulang namun ada
juga yang masih berjaga karena shift malam. Hinata
mulai merapikan barang-barangnya dan bersiap untuk
pulang.
"Mungkin lebih baik aku mengunjungi Naruto-kun di
apartemennya saja, sambil membawa ramen
kesukaannya..", batin Hinata.
Hinata segera bergegas keluar dari rumah Sakit dan
menuju kedai Ichiraku ramen.
Sementara Naruto dan Shion sedang berjalan di pusat
keramaian desa.
"Naruto aku sudah lelah nih dan Lapar juga, bagaimana
kalau kita makan kedai disitu saja?", ujar Shion sambil
menunjuk kedai yang ternyata kedai Ichiraku.
"Hn", gumam Naruto lalu mereka memasuki kedai
Ichiraku.
Pak Teuchi dan Ayame segera menyambut mereka
berdua dan ketika melihat Naruto digandeng oleh Shion
mereka sedikit kaget.
"Lho Naruto-kun siapa gadis ini?", tanya Teuchi.
"Kenalkan aku calon istrinya Naruto, namaku Shion!",
ujar Shion.
"Eh?", Teuchi dan Ayame kaget.
Tak lama kemudian Hinata telah sampai di depan
Ichiraku Ramen dan mulai memasukinya.
"Pasti Naruto-kun senang aku membawakan ramen
spesial untuknya..", gumam Hinata.
Hinata pun memasuki kedai ramen itu dan segera
disambut pak Teuchi. Namun matanya langsung
terbelalak kaget melihat kedua orang yang sedang
membelakanginya itu.
"Na-Naruto-kun!", ujar Hinata kaget.
"Hi-Hinata!", ujar Naruto kaget setelah berbalik
menghadap Hinata.
"Na-Naruto-kun, si-siapa gadis ini? Kenapa dia
menggandeng tanganmu?", tanya Hinata lirih, matanya
mulai berkaca-kaca.
"Di-dia...", ujar Naruto sambil memandang Shion.
"Kenalkan aku calon istrinya Naruto, namaku Shion!
Miko dari negara iblis!", ujar Shion.
"Ca-calon istri jadi...", ujar Hinata lirih, matanya mulai
mengeluarkan air mata.
"Hi-Hina-chan, ku-kumohon dengarlah penjelasanku
dulu...", ujar Naruto gugup.
"Naruto-kun jahat!", teriak Hinata lalu berlari keluar dari
kedai ramen itu sambil berlinangan air mata.
"Hinata!", teriak Naruto lalu mengejar Hinata.
Hinata berlari dengan kencang sekali, Naruto berusaha
mengejarnya dan berhasil menghadang Hinata. Hinata
kaget dan segera berhenti.
"Hina-chan...kumohon dengarlah penjelasanku...", ujar
Naruto.
"Ja-jadi inilah alasannya kau kemarin tak menepati
janjimu...Kau sudah punya gadis lain yang ingin
kau..hiks...nikahi..hiks..", ujar Hinata sambil terisak.
"Bu-bukan begitu..Aku sebenarnya tak ingin menikah
dengannya..tapi keadaan membuatku terpaksa
melakukannya...", ujar Naruto.
"Ta-tapi Naruto-kun bukankah kau sudah berjanji akan
selalu berada disisiku dan berjanji untuk
membahagiakanku? Kenapa kau kini tega
meninggalkanku?", tanya Hinata.
"A..aku te-terpaksa...Hina-chan...Desa sangat
membutuhkanku...", ujar Naruto lirih.
"Na-Naruto-kun...apa kau sungguh-sungguh ingin
meninggalkanku? Kau tak mengingat semua yang kita
lalui bersama selama ini?!", ujar Hinata dengan nada
yang mulai tinggi.
"Aku tak ingin meninggalkanmu...tapi aku harus menikah
dengan Shion demi kepentingan desa karena aku akan
jadi Hokage...", ujar Naruto.
"Jadi begitu...kau tega Naruto-kun...Padahal aku sudah
sangat tulus mencintaimu...Aku sudah rela menunggu
sekian lama sampai kau bisa mencintaiku...", ujar Hinata
lirih.
"Gomenasai Hinata, sepertinya aku tak bisa menepati
janjiku kepadamu...", ujar Naruto lirih sambil menunduk
Hinata kemudian menangis histeris lalu dengan cepat
langsung pergi dari situ.
"Hinata...", gumam Naruto.
Naruto memandang kepergian Hinata dengan raut muka
yang sedih.
Sementara di jalan Hinata menangis dan terus menangis
sampai di rumahnya.
Hanabi dan Hiashi heran karena Hinata menangis seperti
itu tapi ketika hendak menanyakan, Hinata sudah keburu
masuk ke kamarnya.
Di kamarnya Hinata terus menangis terisak-isak sambil
memeluk bantalnya.
"Naruto-kun kenapa aku tak bisa bersamamu? padahal
aku ingin sekali bersamamu sampai akhir hidupku...",
gumam Hinata sambil terisak.
Hari-hari berganti, tapi keadaan Hinata semakin buruk.
Dia tak mau keluar dari kamar dan terus menangis
tersedu-sedu. Hiashi dan Hanabi mencoba memaksa
Hinata untuk keluar tapi tidak berhasil. Akhirnya Hanabi
memutuskan memanggil Sasuke untuk datang berbicara
dengan Hinata. Sasuke dan Sakura pun datang dan
mencoba untuk masuk ke kamar Hinata.
Tok...Tok...Tok...
"Hina-chan, ini aku Sasuke, bolehkah aku masuk?",
tanya Sasuke.
"..."
"Kumohon Hina-chan, jangan mengurung diri terus,
ceritakanlah padaku masalahmu. Aku pasti akan
membantumu", ujar Sasuke lagi.
Hinata akhirnya membuka pintunya dan mempersilahkan
Sasuke dan Sakura masuk. Sasuke dan Sakura kaget dan
kasihan melihat keadaan Hinata sekarang ini. Matanya
begitu sembab, rambut acak-acakan, raut wajahnya
terlihat sangat sedih, bajunya juga kusut.
Mereka segera duduk di tepi kasur Hinata dan Sasuke
memulai pembicaraan.
"Kenapa kau terlihat begitu sedih Hina-chan? Apa yang
terjadi padamu?", tanya Sasuke.
"A..aku..ternyata memang bodoh ya...", ujar Hinata lirih.
"Ke-kenapa kau bicara begitu? Ada apa Hina-chan?",
tanya Sasuke.
"A-aku terlalu banyak mengimpikan hal-hal yang tak
bisa kucapai...", ujar Hinata lirih dan mulai menangis.
"Apa yang sebenarnya terjadi?", tanya Sasuke.
"Aku hiks...memang bodoh mengharapkan bisa bersama
Naruto-kun selamanya..hiks..", ujar Hinata sambil
terisak.
"Naruto!? Apa yang dia lakukan padamu?!", tanya Sasuke
mulai geram.
"Dia tega meninggalkanku..huaa...", ujar Hinata lalu
menangis histeris.
"Apa?!", tanya Sasuke geram.
"Hinata...", gumam Sakura sambil memeluk dan
mengelus-ngelus punggung Hinata.
"Naruto-kun...begitu jahat...hiks...", ujar Hinata sambil
terisak.
"Aku harus membaca memorinya", gumam Sasuke.
Sasuke mengaktifkan Sharingannya, dia meletakkan
tangannya di kepala Hinata. Lalu dengan jurusnya dia
membaca memori Hinata. Sasuke kaget dan mulai marah
setelah mengetahui penyebab kesedihan Hinata.
Sasuke menundukkan kepalanya dan berpikir. Sementara
Hinata masih menangis dan Sakura kemudian
membaringkan Hinata di kasurnya, tak lama kemudian
Hinata tertidur karena kelelahan menangis.
"Sasuke-kun, sebenarnya apa yang terjadi apa Hinata?",
tanya Sakura.
Sasuke masih terdiam dan menunduk.
"Sasuke-kun?", tanya Sakura sambil menepuk pundak
Sasuke.
Sasuke menegakkan kepalanya. Tapi terlihat mata
Sasuke basah.
"Sa-Sasuke-kun kau menangis?", tanya Sakura kaget.
"Aku tahu sekarang apa yang terjadi sebenarnya...", ujar
Sasuke.
"Naruto, kali ini aku akan membunuhmu!"

To Be Continued...

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Dunia Naruto
Copyright © 2013. DUNIA NARUTO - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger