AISHITERU HINATA
sclaimer : NARUTO milik Masashi KishimotoAuthor : Marvelous-chan
Genre : Romance & Hurt/Comfort
Pair : Naruto Hinata
Summary : Perang Dunia Ninja telah berakhir, setelah
kembali ke desa Konoha, Naruto akan segera diangkat
jadi Hokage dan kini telah bertunangan dengan Sakura.
Tapi suatu kejadian mengubah segalanya, karena sebuah
ramuan Naruto menjadi tergila-gila pada Hinata.
Bagaimanakah Hinata mengatasinya?
Chapter 6 – A Promise
"Kenapa Naruto-kun bisa memutuskan Sakura-chan?
Bukankah Naruto-kun sangat cinta pada Sakura-chan?",
tanya Hinata.
"Ah itu, aku mulai sadar bahwa Sakura mencintaiku
dengan terpaksa. Selama ini dia Cuma mencintai si
Teme. Jadi aku rela merelakannya pada Teme. Karena
mereka itu saling mencintai", ujar Naruto.
"Apa Naruto-kun tidak sedih?", tanya Hinata lagi.
"Awalnya sih sedikit sedih. Tapi ada orang yang
menyadarkanku dan memotivasiku dan aku mulai
menyadari apa yang harus kulakukan selanjutnya", ujar
Naruto.
"Eh?", tanya Hinata bingung.
Naruto kemudian mendekati Hinata lalu mencium tangan
Hinata.
"Arigatou karena sudah memperhatikanku selama ini,
sekarang giliranku untuk membalas semuanya", ujar
Naruto lalu tersenyum kepada Hinata.
"Na-Naruto-kun!", gumam Hinata kaget karena dicium
tangannya. Wajahnya pun mulai memerah.
"Sekarang aku akan selalu melindungimu dan
memperhatikanmu Hinata", ujar Naruto sambil nyengir.
"A-Arigatou Naruto-kun...", ujar Hinata sambil
menundukkan kepala karena wajahnya sangat merah
sekarang.
SREGG...
"Kami kembali, ini makanan untukmu Hinata", ujar
Sakura yang kini memasuki kamar Hinata bersama
Sasuke di belakangnya. Mereka membawa makanan
untuk sarapan.
"Arigatou, Sakura-chan!", ujar Hinata.
Kemudian Sakura membuka plastik makanan tersebut
dan menuangkan bubur tersebut ke piring.
"Ini makanlah, Hinata", ujar Sakura sambil menyodorkan
piring itu ke Hinata.
"Mana piringnya Sakura-chan biar aku menyuapi
Hinata", ujar Naruto lalu mengambil piring itu dari
Sakura.
"Tak usah Naruto-kun, nanti merepotkanmu", ujar
Hinata.
"Tak apa-apa, kan sudah kubilang aku akan selalu
memperhatikanmu", ujar Naruto sambil tersenyum.
Wajah Hinata kembali memerah dia segera menundukkan
kepalanya agar bisa menyembunyikan wajahnya.
"Sekarang buka mulutmu aaa...", ujar Naruto sambil
menyodorkan sesendok bubur ke mulut Hinata.
Hinata membuka mulutnya dan makanan yang disuapi
Naruto masuk ke dalam mulutnya. Hinata merasa sangat
senang diperhatikan oleh Naruto seperti ini.
Sementara Sakura dan Sasuke sedang berbisik-bisik di
belakang NaruHina.
"Sasuke-kun, tampaknya Naruto mulai membuka hatinya
pada Hinata ya?", bisik Sakura.
"Yah mungkin saja...", gumam Sasuke.
"Kalau dari sini mereka terlihat seperti pasangan yang
mesra sekali ya? hihihi", bisik Sakura sambil terkikik
geli.
"Hn", gumam Sasuke sambil terus memandangi Naruto
dan Hinata.
"Kuharap kau bisa membahagiakan imoutou-ku, Dobe..",
batin Sasuke.
Beberapa menit kemudian, Hinata telah menyelesaikan
sarapannya. Naruto telah menyuapi makanannya sampai
habis.
"Na-Naruto-kun, arigatou. Maaf sudah
merepotkanmu...", ujar Hinata.
"Ah, tak usah sungkan begitu Hinata", ujar Naruto
sambil nyengir.
"Hinata kau sudah selesai makan? Kami pergi dulu ya.
Semoga kau lekas sembuh", ujar Sakura.
Sasuke kemudian mendekati Hinata dan mengecup dahi
Hinata.
"Cepat pulih ya Hina-chan..", ujar Sasuke sambil
tersenyum.
"A-arigatou Sasuke-nii", ujar Hinata membalas senyum
Sasuke.
Sementara Naruto memandang Sasuke dengan kesal.
"Apa-apaan itu dia mencium Hinata dengan mesra
sekali...", batin Naruto sambil mengerucutkan bibirnya.
"Dobe, jaga Hina-chan baik-baik ya, awas kau berbuat
macam-macam padanya!", ujar Sasuke lalu mulai
berjalan ke pintu bersama Sakura.
"Iya-iya Teme!", ujar Naruto ketus.
"Jaa Hinata!", ujar Sakura.
"Jaa Sakura-chan, Sasuke-nii!", ujar Hinata.
Naruto dan Hinata kembali berdua di ruangan itu.
Suasana terasa sedikit canggung. Namun Naruto kembali
memecah keheningan.
"Kau hebat ya Hinata, bisa merubah si Teme menjadi
ramah seperti itu", ujar Naruto.
"Ah Naruto-kun bisa saja. Aku ngak berbuat banyak
kok. Sebenarnya Sasuke-nii itu orang yang baik tapi
mungkin karena masa lalunya yang kelam, dia dulu
seperti itu. Aku Cuma membantunya sedikit agar bisa
bersikap lebih baik", ujar Hinata.
"Oh begitu, keadaannya memang mirip sepertiku,
kehilangan orangtua pada umur kami masih kecil, sebab
itu aku ingin berteman dengannya. Kami seperti
mempunyai ikatan yang khusus karena keadaan yang
sama itu. Awalnya aku sedih sekali karena aku dijauhi
oleh orang-orang desa karena Kyuubi dalam tubuhku.
Tapi sejak aku bertemu teman-temanku, aku merasa
keberadaanku mulai diakui. Aku juga sangat senang
karena kini orang menganggapku sebagai pahlawan yang
sudah menyelamatkan dunia shinobi", ujar Naruto.
"Ya Naruto-kun kau memang hebat. Kau yang telah
menyelamatkan dunia ini. Kau juga yang telah merubah
dan menyelamatkan hidupku. Awalnya dulu aku sangat
depresi dan putus asa karena merasa diriku sangat
lemah. Tapi sejak ujian chuunin dulu kau
menyemangatiku, aku merasa tersadar bahwa aku bisa
bersemangat lagi menjalani kehidupan dan berusaha
untuk lebih kuat lagi. Keberadaanmu sangat penting
bagiku Naruto-kun...", ujar Hinata.
"Hinata, aku juga sangat berterima kasih padamu karena
dulu kau pernah melindungiku dan selalu
memperhatikanku. Kali ini aku akan membalas
semuanya.", ujar Naruto sambil tersenyum.
Hinata kemudian membalas senyum Naruto dengan
senyum termanisnya.
5 hari telah berlalu. Hinata kini sudah sembuh total dan
diperbolehkan pulang ke rumah. Selama 5 hari itu Naruto
selalu menemani Hinata. Mereka saling bercakap dan
bercanda. Naruto berusaha untuk membuat Hinata
bahagia. Hinata sangat senang akan hal itu karena
Naruto kini memperhatikannya seperti dulu dia sangat
memperhatikan Naruto.
Kini Naruto telah mengantar Hinata ke rumahnya
bersama Sasuke dan Sakura. Kepulangan mereka
disambut oleh ayah Hinata, Hiashi dan adik Hinata,
Hanabi yang baru pulang dari luar desa.
"Tadaima, Otou-san, Hanabi-chan", sapa Hinata.
"Okaeri, Hinata-nee-chan bagaimana keadaanmu?",
tanya Hanabi cemas.
"Aku sudah tak apa-apa. Aku sudah sembuh", ujar
Hinata sambil tersenyum.
Sementara Hiashi terus menatap Naruto dan Sasuke
dengan tatapan membunuh.
"Hi-Hiashi-sama, maafkan saya yang tak sengaja
menusuk Hinata. Saya benar-benar menyesal telah
melibatkan Hinata dalam keadaan itu", ujar Sasuke
sambil membungkuk.
"Aku juga minta maaf karena gara-gara melindungiku
Hinata jadi terluka seperti itu. Aku sungguh minta maaf",
ujar Naruto sambil membungkuk.
Tapi Hiashi masih memandang mereka dengan tajam.
Tangannya mengepal dengan kuat.
"Otou-san, kumohon maafkan mereka. Ini juga
kebodohanku yang berbuat nekat seperti itu. Kumohon
Otou-san mau memaafkan mereka", ujar Hinata sambil
membungkuk.
"Hn", gumam Hiashi lalu berbalik dan masuk ke
rumahnya.
"Arigatou Hiashi-sama!", ujar Naruto dan Sasuke.
"Hina-chan, kami pergi dulu ya. Beristirahatlah dulu di
rumah. Jangan terlalu memaksakan diri untuk bekerja.",
ujar Sasuke sambil menepuk-nepuk pelan kepala Hinata.
"I-iya Sasuke-nii", jawab Hinata.
"Sasuke-nii? Kenapa Hinata-nee-chan memanggil
Sasuke-san seperti itu?", tanya Hanabi bingung.
"A-aku sudah menganggapnya sebagai kakakku, Hana-
chan. Jadi aku memanggilnya begitu", ujar Hinata.
"Kalau begitu aku juga akan memanggilnya seperti itu.
Aku kan adik nee-chan, jadi berarti orang yang
dianggap kakak oleh nee-chan berarti kakakku juga.
Bolehkan Sasuke-nii-chan?", ujar Hanabi sambil
tersenyum.
"Tentu saja. Aku tak keberatan kok punya dua adik.
Malah yang ini tampaknya lebih imut", ujar Sasuke
sambil mencubit pipi Hanabi.
"Hihihi. Arigatou Sasuke-nii-chan!", ujar Hanabi sambil
terkikik.
"Hei bagaimana dengan aku? Aku juga mau dipanggil
nii-chan oleh Hanabi-chan", ujar Naruto.
"Ah malas. Naruto-san lebih cocok dipanggil Naruto no
baka. Habisnya bodoh sih", ujar Hanabi ketus.
"Hei Hana-chan jangan berkata seperti itu pada Naruto-
kun! Tidak sopan!", ujar Hinata.
"Tapi itu cocok untuk orang sepertinya. Karena
wajahnya terlihat seperti orang bodoh. Weee", ujar
Hanabi lalu menjulurkan lidahnya.
"Kau ini sungguh berbeda dengan nee-chanmu ya?
Awas kau ya kuberi kau pelajaran!", ujar Naruto.
"Sini tangkap aku weeee", ejek Hanabi lalu mulai berlari.
"Anak nakal kemari kau!", ujar Naruto lalu mengejar
Hanabi.
"Sasuke-nii, aku sangat bahagia sekarang. Naruto-kun
mulai memperhatikanku. Lalu mulai banyak orang yang
menyayangiku", ujar Hinata.
"Ya, asal kau bahagia. Akupun ikut bahagia", ujar
Sasuke.
"Hinata mungkin ini adalah jawaban dari penantianmu
yang begitu lama pada Naruto", ujar Sakura.
"Kuharap begitu", ujar Hinata sambil tersenyum.
Setelah beberapa lama berbincang-bincang. Sasuke,
Sakura dan Naruto akhirnya pamit untuk pulang.
"Hinata kami pulang dulu ya. Hari sudah semakin sore.
Semoga kamu bisa kembali bekerja secepatnya", ujar
Sakura.
"Iya, aku pasti akan segera kembali bekerja.", ujar
Hinata.
"Hina-chan, sampai ketemu besok", ujar Sasuke.
"Hinata, aku pulang dulu ya. Kalau ada apa-apa kau
hubungi aku saja hehehehe", ujar Naruto sambil nyengir.
"Iya Naruto-kun", jawab Hinata.
"Jaa Hinata!"
"Jaa!"
Mereka bertiga lalu pulang ke rumah masing-masing.
Kemudian Hinata kembali ke kamarnya untuk
beristirahat.
Dua hari kemudian Hinata sudah mulai bekerja lagi di
rumah sakit. Rutinitas dilakukan seperti biasanya.
Namun kali ini Hinata lebih semangat karena Naruto
sering mengunjunginya dan selalu mengantarnya
pulang. Akhirnya jam kerja telah usai dan waktunya
pulang. Hinata segera keluar dari rumah sakit. Ternyata
Naruto telah menunggunya di pintu gerbang rumah
sakit.
"Sudah selesai Hinata?", tanya Naruto.
"Iya, kau sudah lama menunggu Naruto-kun?", tanya
Hinata.
"Tidak kok, aku baru saja sampai. Ayo pulang", ujar
Naruto.
"Ba-baik", ujar Hinata. Naruto dan Hinata segera
beranjak dari rumah sakit itu.
Di perjalanan pulang ke rumah Hinata, Naruto memulai
pembicaraan.
"Hinata, besok kau libur kan?", tanya Naruto.
"I-iya, memangnya kenapa Naruto-kun?", tanya Hinata.
"Ng..i-itu…besok..ma-maukk
denganku?", tanya Naruto gugup.
"Eh?", ujar Hinata kaget. Wajahnya mulai memerah.
Jantungnya berdegup dengan kencang. Hinata Cuma
terdiam mendengar pertanyaan Naruto barusan.
"Na-Naruto-kun mengajakku kencan? Ini seperti yang
aku impi-impikan", batin Hinata.
"Kau tidak bisa ya? Ya sudah mungkin lain kali", ujar
Naruto sedikit kecewa.
"Ti-tidak Naruto-kun. Aku mau!", ujar Hinata tiba-tiba
lalu menundukkan kepalanya karena malu.
"Baiklah. Aku akan menjemputmu besok jam 10 pagi.",
ujar Naruto sambil nyengir.
"Ha-Hai", ujar Hinata.
Kini Naruto dan Hinata telah sampai di depan rumah
Hinata.
"Sudah sampai Hinata. Ya sudah aku pulang dulu", ujar
Naruto.
"Baiklah Naruto-kun. Hati-hati di jalan", ujar Hinata.
"Jangan lupa besok jam 10 pagi ya!", ujar Naruto yang
mulai berjalan menjauhi Hinata.
"Iya Naruto-kun. Sampai ketemu besok!", ujar Hinata
sambil melambai-lambaikan tangannya.
Hinata kemudian masuk ke rumahnya. Dia langsung ke
kamarnya dan mandi. Setelah ganti baju dia segera
berbaring di tempat tidurnya. Wajahnya terus tersenyum
sambil melihat ke langit-langit.
"Aku akan berkencan dengan Naruto-kun besok. Ini
seperti mimpi', batin Hinata.
Besoknya, Hinata bangun pagi-pagi. Setelah
menyiapkan sarapan dan melakukan rutinitas di rumah,
dia segera bersiap-siap untuk kencan bersama Naruto.
Setelah memakai sebuah dress ungu tanpa lengan yang
indah dan wajahnya dirias sedikit, kini Hinata siap untuk
pergi kencan. Hinata segera menuruni tangga untuk
keluar karena ini sudah jam 10. Hanabi kaget melihat
Hinata sudah berdandan dan kelihatan sangat cantik.
"Nee-chan mau kemana?", tanya Hanabi.
"A..ah itu…", ujar Hinata gugup.
"Aku tahu! Pasti mau kencan kan?", tanya Hanabi yang
tepat sasaran.
"Ng….ti-tidak kok…Cuma jalan-jalan biasa…", ujar Hinata
gugup.
"Bohong. Kalau Cuma jalan-jalan ngapain pake baju
sebagus itu dan dandan. Pasti kencan kan?", tanya
Hanabi menginterogasi.
"Ah..aku akan terlambat. Jaa Hanabi", ujar Hinata lalu
berlari keluar.
"Dasar nee-chan", ujar Hanabi sambil menggeleng-
gelengkan kepala.
Naruto ternyata sudah menunggu di depan rumah
Hinata. Hinata kemudian berjalan mendekati Naruto.
Ketika melihat Hinata, Naruto kaget melihat penampilan
Hinata yang agak beda dari biasanya.
"Hinata cantik sekali! Aku memang bodoh telah menyia-
nyiakannya selama ini", batin Naruto.
"Ohayo Naruto-kun", sapa Hinata.
Naruto Cuma melongo melihat Hinata. Pandangan
matanya tak bisa lepas dari Hinata.
"Naruto-kun kenapa?", tanya Hinata bingung karena
Naruto Cuma terdiam sambil menatapnya seperti itu.
"Ahk tidak apa-apa.", ujar Naruto yang baru saja
tersadar.
"Kau cantik sekali Hinata", ujar Naruto.
Hinata tersipu malu. Wajahnya mulai memerah lagi. Dia
menundukkan kepalanya.
"Ayo kita pergi!", ujar Naruto lalu mulai berjalan diikuti
Hinata.
Naruto dan Hinata kemudian berjalan ke arah gerbang
desa.
"Sebenarnya kita mau kemana Naruto-kun?", tanya
Hinata.
"Kau lihat saja nanti", ucap Naruto.
"Baiklah", jawab Hinata.
"Hinata sepertinya ada yang kurang nih", ujar Naruto.
"Apa Naruto-kun?", tanya Hinata bingung.
"Kita kan lagi berkencan masa dari tadi kita ngak
gandengan tangan. Ayo gandeng tanganku", ujar Naruto.
"E-Eh?", Hinata kaget, wajahnya mulai memerah lagi.
Karena sudah ngak sabar Naruto yang akhirnya
menggandeng tangan Hinata. Hinata tersipu malu dan
wajahnya makin memerah. Namun dia sangat senang
dengan keadaan ini. Bergandengan tangan dengan orang
yang dicintainya. Naruto kemudian tersenyum pada
Hinata dan Hinata membalas senyumannya.
Kini mereka sampai di sebuah danau yang berada di
pinggiran desa Konoha. Danau itu begitu indah. Hari
sudah siang tapi udara disitu tetap sejuk karena ada
pepohonan yang rindang disekitar situ. Naruto dan
Hinata kemudian duduk di pinggir danau itu.
"Bagaimana Hinata, kamu suka dengan
pemandangannya?", tanya Naruto.
"I-iya, disini sangat indah Naruto-kun", ujar Hinata.
"Ini kan sudah siang, ayo kita makan dulu!", ujar Naruto.
"Eh, tapi kita kan ngak bawa makanan", ujar Hinata.
"Ada kok", ujar Naruto lalu mengambil sebuah gulungan
dan membukanya.
POFF
Kini dari dalam gulungan tersebut keluar 2 kotak
makanan.
"Ini aku yang membuatnya. Cobalah kamu cicipi Hinata",
ujar Naruto.
"Wah, Naruto-kun yang memasak semua ini?", tanya
Hinata.
"Begitulah, walau dibantu sedikit sama si Teme dan
Sakura", ujar Naruto sambil nyengir.
"Aku coba ya Naruto-kun", ujar Hinata lalu mengambil
dengan sumpit sepotong udang goreng. Hinata
kemudian memakannya.
"Bagaimana Hinata?", tanya Naruto.
"Enak sekali Naruto-kun. Kamu punya bakat memasak!",
ujar Hinata sambil tersenyum.
"Ah aku tak sehebat itu.", ujar Naruto sambil nyengir.
Setelah itu mereka berdua makan diselingi dengan
percakapan dan candaan. Kedua orang itu tampak
bahagia hari itu. Mereka dapat bersama-sama dan
membagi keceriaan.
Setelah selesai makan, Naruto membereskan kotak-
kotak itu dan meletakkannya kembali ke gulungan.
"Arigatou buat makanannya Naruto-kun. Makanan itu
enak sekali", ujar Hinata.
"Hahahaha, aku membuatkannya khusus untuk kita
berdua jadi kubuat sebaik-baiknya", ujar Naruto.
Kemudian mereka hening sesaat sambil memandangi
danau yang indah tersebut.
"Hinata, ada yang ingin kukatakan padamu", ujar Naruto.
"Eh? Apa itu Naruto-kun?", tanya Hinata.
"Kurasa a-aku…telah jatuh cinta padamu..", ujar Naruto.
"Eh?, Hinata kaget. Wajahnya mulai memerah lagi.
"Setelah kita bersama-sama, kurasa kau adalah orang
yang menyenangkan. Aku suka saat-saat bersamamu.
Waktu dulu aku terpengaruh obat itu, aku juga sangat
nyaman dan hangat jika terus didekatmu berbeda
dengan saat aku bersama Sakura. Aku ingin terus
bersamamu Hinata. Aku ingin kau selalu ada di sisiku",
ujar Naruto sambil terus memandangi Hinata.
"Na-Naruto-kun..aku tak bisa…", ujar Hinata.
"Ke-kenapa?", tanya Naruto dengan raut yang mulai
kecewa.
"Aku tak bisa menolakmu!", ujar Hinata sambil
tersenyum.
GREBB
Naruto memeluk Hinata dengan erat. Dia merasa sangat
bahagia karena Hinata menerima cintanya.
"Aku berjanji akan selalu membuatmu bahagia Hinata-
chan. Aku berjanji!", ujar Naruto.
"Naruto-kun", ujar Hinata.
"Aishiteru Hinata!", ujar Naruto.
"Aishiteru Naruto-kun!", ujar Hinata.
Kemudian Naruto mulai mendekatkan wajahnya ke wajah
Hinata sambil memegang dagu Hinata. Hinata pun
memejamkan matanya. Naruto pun mencium bibir Hinata
dan Hinata membalas ciuman itu. Mereka berciuman
dengan mesra. Hari itu adalah hari yang paling indah
bagi mereka berdua.
3 bulan berlalu, Naruto dan Hinata telah menjadi
sepasang kekasih dan hidup dengan bahagia. 1 minggu
lagi Naruto akan segera diangkat menjadi Hokage.
Tapi suatu hari Tsunade memanggil Naruto ke
kantornya. Naruto segera mendatangi kantor Hokage dan
bertemu dengan Tsunade. Disitu juga ada para tetua.
"Ada apa ya Tsunade-baa-san memanggilku?", tanya
Naruto.
"Ada hal penting yang ingin dibicarakan denganmu",
jawab Tsunade.
Tiba-tiba pintu diketok seseorang
Tok..tok…tok…
"Masuk!", ujar Tsunade.
Muncul beberapa orang yang seperti pengawal dan
masuk kedalam ruangan. Lalu terakhir muncul seorang
gadis cantik berambut pirang dan bermata ungu. Naruto
kaget melihatnya.
"Shi-Shion!", ujar Naruto kaget.
"Hai Naruto, lama tak berjumpa!", sapa Shion.
"Mereka adalah orang-orang dari negeri Iblis yang
pernah kau kunjungi beberapa waktu lalu. Dan tujuan
aku memanggilmu kesini adalah…", ujar Tsunade.
"Apa Tsunade-baa-san?", tanya Naruto bingung.
"Kamu Uzumaki Naruto sebagai calon Rokudaime Hokage
harus menikahi Shion, miko dari Negara Iblis!", ujar
Tsunade.
"APAAA!?", teriak Naruto kaget.
To Be Continued…..
0 komentar:
Posting Komentar